Di Balik Kabut Pintu Jawa: Saat Nanas dan Daun Ubi Menyatukan Hati Prajurit dan Mama Papua

1 day ago 4

PAPUA - Di lembah sunyi yang diselimuti kabut dan ketenangan khas pegunungan Papua, suara tawa dan canda memecah keheningan pagi itu. Senin (14/04/2025), menjadi hari yang tak biasa di Pos Satgas Yonif 700/WYC Koops Habema. Bukan karena operasi militer, melainkan karena seikat sayur, segerombol nanas, dan tawa mama-mama Papua yang tulus.

Satgas TNI menggelar kegiatan “Pasar Pintu Jawa Mama Papua” bukan sekadar program sosial, tapi sebuah gerakan kecil yang berdampak besar: memborong hasil kebun masyarakat Kampung Biondikime, Wombru, dan Giligi. Di atas tanah yang keras dan jauh dari hingar-bingar kota, tumbuh simpul-simpul persaudaraan dari aktivitas paling sederhana: berbelanja dan saling sapa.

Mama Pindina, yang datang berjalan kaki dari Kampung Biondikime dengan pikulan berisi nanas dan daun ubi, menahan haru saat semua hasil kebunnya dibeli oleh anggota Satgas.  

“Kami jauh-jauh datang, tapi hati senang karena anak-anak tentara beli semua. Kami pulang bawa senyum, ” ujarnya dengan suara bergetar, memeluk erat nanas terakhir yang belum sempat dijual.

Bukan hanya transaksi ekonomi, tapi juga pertukaran kasih dan penguatan rasa saling percaya. Letda Inf Risal, Danpos Pintu Jawa, menjelaskan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari upaya TNI untuk menyatu dengan denyut kehidupan masyarakat.  

“Ini bukan belanja biasa. Ini cara kami menunjukkan bahwa kehadiran TNI bukan hanya soal keamanan, tapi juga soal keberpihakan pada ekonomi rakyat, pada rasa kemanusiaan, pada mama-mama pejuang di kebun-kebun yang sunyi, ” jelasnya.

Dengan latar spanduk sederhana bertuliskan “Pasar Pintu Jawa Mama Papua”, tampak jelas kehangatan antara prajurit dan masyarakat yang begitu tulus. Senyum-senyum saling beradu di antara tumpukan pisang, karung daun ubi, dan obrolan tentang cuaca dan panen berikutnya.

Kegiatan ini tidak hanya memberi penghasilan langsung bagi warga, tapi juga membuka ruang dialog sosial antara aparat dan masyarakat. Di balik nanas dan daun ubi, terpatri nilai: bahwa pembangunan bisa dimulai dari pasar kecil dan percakapan hangat di kaki gunung.

Dari Pintu Jawa, kita belajar: bahwa kekuatan sejati prajurit bukan hanya terletak pada senjata, tapi pada empati yang mereka tanamkan di ladang kemanusiaan.

Authentication: 

Dansatgas Media HABEMA, Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono

Read Entire Article
Karya | Politics | | |