Inspirasi dari Thailand, Herman Djide: Ketika Dana Desa Menjadi Mesin Kemandirian Rakyat

4 hours ago 1

PANGKEP SULSEL - Sistem pengelolaan dana desa di Thailand memberi pelajaran penting bahwa pembangunan desa tidak selalu harus berangkat dari proyek fisik semata. Thailand menempatkan desa sebagai subjek utama pembangunan, bukan sekadar objek penerima anggaran. Melalui Village Fund, desa dipercaya mengelola dana sendiri sesuai kebutuhan nyata masyarakat.

Kepercayaan menjadi kunci utama dalam sistem ini. Pemerintah pusat Thailand menyalurkan dana, namun pengelolaannya diserahkan kepada komite desa yang dipilih langsung oleh warga. Model ini menumbuhkan rasa memiliki, tanggung jawab, serta kontrol sosial yang kuat di tingkat komunitas.

Berbeda dengan pola belanja yang cenderung habis pakai, dana desa di Thailand dirancang sebagai dana bergulir. Dana dipinjamkan kepada warga untuk usaha produktif, lalu dikembalikan agar bisa dimanfaatkan kembali oleh warga lain. Dengan cara ini, dana desa tidak cepat habis, tetapi terus hidup dan berputar.

Pendekatan ini membuktikan bahwa pembangunan ekonomi desa bisa dimulai dari skala kecil. Petani, pedagang, dan pelaku usaha rumahan memperoleh akses modal murah tanpa harus bergantung pada rentenir. Dampaknya bukan hanya ekonomi, tetapi juga ketenangan sosial masyarakat desa.

Kekuatan lain dari sistem Thailand adalah musyawarah warga. Setiap keputusan penting, mulai dari siapa yang berhak menerima pinjaman hingga besaran dana, diputuskan secara kolektif. Mekanisme ini mencegah dominasi elit dan memperkecil potensi konflik horizontal.

Transparansi juga menjadi fondasi penting. Komite desa wajib menyampaikan laporan keuangan secara rutin. Warga berhak tahu ke mana dana mengalir dan bagaimana hasilnya. Dengan demikian, pengawasan tidak hanya datang dari negara, tetapi juga dari masyarakat itu sendiri.

Meski demikian, sistem ini bukan tanpa tantangan. Tidak semua komite desa memiliki kemampuan manajemen keuangan yang memadai. Risiko kredit macet tetap ada, terutama jika keputusan lebih didorong oleh kedekatan sosial daripada kelayakan usaha.

Namun Thailand menyadari kelemahan tersebut dan menjawabnya dengan pelatihan berkelanjutan. Penguatan kapasitas pengelola desa menjadi bagian dari kebijakan nasional. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan kepada desa harus diiringi dengan pendampingan yang serius.

Jika dicermati, keberhasilan Village Fund terletak pada orientasi manfaat langsung bagi warga. Dana desa tidak sekadar membangun gedung, tetapi membangun daya hidup ekonomi masyarakat. Desa tidak hanya indah secara fisik, tetapi juga kuat secara finansial.

Bagi negara lain, termasuk Indonesia, model Thailand memberikan cermin refleksi. Dana desa yang besar akan kurang berdampak jika tidak diarahkan pada kemandirian ekonomi rakyat. Infrastruktur penting, tetapi keberlanjutan ekonomi jauh lebih menentukan masa depan desa.

Pembangunan desa seharusnya mendorong lahirnya wirausaha lokal, koperasi kuat, dan ekonomi berbasis komunitas. Sistem dana bergulir seperti di Thailand bisa menjadi salah satu inspirasi untuk memperkuat ekonomi desa tanpa harus selalu menunggu anggaran baru.

Yang paling menarik, sistem ini menumbuhkan martabat desa. Warga tidak merasa sekadar menerima bantuan, tetapi merasa dipercaya mengelola masa depan mereka sendiri. Rasa percaya diri kolektif inilah yang sering kali menjadi fondasi pembangunan yang sesungguhnya.

Pada akhirnya, pelajaran dari Thailand sederhana namun mendalam: ketika desa dipercaya, diberi ruang, dan didampingi dengan baik, dana desa bukan hanya anggaran, melainkan mesin kemandirian rakyat. Desa yang kuat adalah negara yang kuat, dan itu dimulai dari keberanian memberi kepercayaan.

Pangkep 21 Desember 2025

Herman Djide 

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |