AGAM, Sumbar – Di bawah cahaya malam Palembayan yang masih menyisakan jejak luka bencana, sebuah momen penuh makna terukir dalam ingatan masyarakat. Warga Nagari Salareh Aia Timur, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, menyerahkan cendera mata adat berupa saluak (tutup kepala adat Minangkabau) dan selendang kepada Kapolda Riau Herry Heryawan, sebagai simbol persaudaraan dan penghormatan atas pengabdian personel Polda Riau dalam pelaksanaan evakuasi serta percepatan pemulihan pascabencana banjir bandang di wilayah Palembayan.
Penyerahan cendera mata tersebut dilakukan pada malam pelepasan personel Polda Riau, yang akan kembali ke kesatuannya setelah menuntaskan tugas kemanusiaan. Prosesi pelepasan digelar khusus oleh masyarakat pada Kamis malam (11/12/2025) di SMPN 3 Palembayan, sebagai bentuk penghormatan dan ungkapan terima kasih atas dedikasi Polri selama masa tanggap darurat.

Rangkaian kegiatan diawali dengan jamuan makan bajamba yang diikuti oleh personel Polri bersama masyarakat, kemudian dilanjutkan dengan doa bersama. Tradisi tersebut melambangkan rasa syukur sekaligus terima kasih warga Palembayan atas kehadiran dan kerja keras personel Polri yang terlibat langsung dalam evakuasi korban serta percepatan penanganan dampak bencana.
Menjelang akhir acara, cendera mata adat diserahkan secara simbolis oleh tokoh adat Palembayan, Datuak Rajo Nan Panjang, kepada Kapolda Riau yang di wakili oleh Dir Samapta Polda Riau. Momen tersebut menjadi puncak emosional dari acara perpisahan, menandai berakhirnya masa tugas personel Polda Riau yang selama beberapa pekan terakhir berjibaku membantu masyarakat bangkit dari keterpurukan akibat bencana.
Dalam adat Minangkabau, saluak dan selendang bukan sekadar kain dan penutup kepala. Keduanya merupakan lambang kehormatan, kepercayaan, serta penerimaan seseorang sebagai bagian dari keluarga besar nagari. Malam itu, Palembayan seolah menegaskan bahwa personel Polda Riau bukan lagi sekadar aparat yang datang bertugas, melainkan saudara yang turut merasakan getir, kecemasan, dan harapan warga di tengah bencana.
“Cendera mata ini adalah tanda hormat kami. Ketika banjir datang, Polri hadir tanpa ragu untuk menggendong anak-anak kami, mengevakuasi orang tua kami, dan berdiri bersama kami di lumpur serta air bah, ” ujar Datuak Rajo Nan Panjang dalam penyampaian adatnya, yang disambut suasana hening penuh haru dari para hadirin.
Sejak hari pertama banjir bandang melanda Palembayan, personel Polri dari Polda Riau bersama jajaran Polda Sumbar bekerja tanpa mengenal waktu. Mulai dari evakuasi korban, distribusi bantuan logistik, pencarian warga terdampak, hingga pemulihan awal infrastruktur, seluruh tugas dijalankan dengan dedikasi dan empati.
Dari kerja kemanusiaan itulah tumbuh ikatan emosional yang membekas kuat di hati masyarakat.
Dir Samapta Polda Riau menyampaikan bahwa saluak dan selendang tersebut akan diteruskan kepada Kapolda Riau sebagai amanah moral dan simbol persaudaraan dari masyarakat Palembayan.
“Ini adalah kehormatan besar bagi kami. Pesan adat dan ketulusan masyarakat Palembayan akan kami sampaikan langsung kepada Bapak Kapolda Riau. Ini menjadi pengingat bahwa setiap tugas Polri selalu berpijak pada nilai kemanusiaan, ” ujarnya.
Wali Nagari Salareh Aia Timur, Ahmad Fauzi, menegaskan bahwa kehadiran dan kerja keras Polri telah meninggalkan kesan mendalam bagi masyarakat.
“Kami menyaksikan sendiri bagaimana personel Polri bekerja siang dan malam tanpa pamrih. Saluak dan selendang ini menjadi simbol bahwa pengabdian mereka telah menjadi bagian dari sejarah dan ingatan kolektif masyarakat Palembayan, ” katanya.
Suasana semakin hangat ketika personel Polri dan warga duduk bersama dalam jamuan makan bajamba. Tawa kecil, cerita di balik hari-hari penuh lumpur dan kelelahan, serta sesi foto bersama menjadi penutup rangkaian kegiatan.
Tak ada lagi sekat antara petugas dan masyarakat. Yang tersisa hanyalah rasa kebersamaan yang lahir dari ujian berat.
Kapolsek Palembayan, AKP Alwizi Safriadi, menyebut momen malam pelepasan tersebut sebagai potret nyata kedekatan Polri dan masyarakat.
“Dari bencana lahir persaudaraan, dari tugas kemanusiaan tumbuh kepercayaan. Ikatan inilah yang akan terus kami jaga, ” ujarnya.
Malam perpisahan itu pun menjadi penutup epik bagi misi kemanusiaan personel Polda Riau di Palembayan. Saluak dan selendang adat yang diserahkan menjadi saksi bahwa di balik operasi evakuasi dan seragam dinas, terjalin ikatan batin yang kuat. Ikatan yang akan tetap hidup, bahkan setelah air bah benar-benar surut dari Palembayan.
(Berry)


















































