BANDUNG - Di tengah hiruk pikuk tugas akhir yang kerap menjadi momok kelulusan, Nidewi Aruma justru menemukan panggilan jiwanya dalam sebuah proyek yang tak biasa. Mahasiswi Desain Produk Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2021 ini tak hanya sekadar memenuhi syarat akademik, ia menjelma menjadi musisi sekaligus inovator, merangkai sebuah gitar akustik yang lahir dari hati dan kecintaannya pada musik.
Pilihan Aruma jatuh pada rotan, material yang lazimnya menghiasi furnitur, namun ia sulap menjadi lembaran tipis atau vinir yang kini membentuk tubuh sebuah gitar. Keputusannya berangkat dari pengamatan sederhana namun mendalam: gitar adalah instrumen paling digemari sejagat raya, dan ia sendiri seringkali naik panggung membawakannya.
"Gitar itu instrumen paling diminati di dunia. Aku sendiri juga sering manggung pakai gitar. Jadi karya ini bukan hanya sekadar akademik, tapi bisa aku pakai langsung di panggung, " ujarnya, seperti dilansir dari laman ITB pada Jumat (22/8/2025).
Keunikan gitar Aruma terletak pada penggunaan karuun, sebuah jenis rotan yang belum pernah dieksplorasi untuk ranah akustik. Aruma menemukan potensi luar biasa pada material ini. Ia membuktikan bahwa karuun mampu menghasilkan gitar yang lebih ringan, fleksibel, bahkan membuka peluang untuk beragam bentuk tubuh gitar yang lebih artistik dibandingkan kayu konvensional.
Bukan sekadar keindahan visual, setiap lekukan pada gitar ini merupakan hasil riset ergonomi yang cermat. Aruma ingin memastikan kenyamanan maksimal bagi para pemainnya.
"Karena karuun lebih elastis dan fleksibel, gitar bisa dibentuk dengan kurva yang lebih banyak. Itu penting, bukan cuma buat tampilan, tapi juga buat kenyamanan main, " jelasnya.
Perjalanan menciptakan mahakarya ini memakan waktu satu tahun penuh. Enam bulan pertama didedikasikan untuk studi gestur bermain gitar, mengukur setiap detail demi kenyamanan, mulai dari lekukan hingga ketebalan material. Tahap selanjutnya, Aruma berkolaborasi dengan musisi dan sound engineer untuk pengujian akustik mendalam.
Dalam tes laboratorium yang meliputi analisis sound quality seperti sharpness, loudness, dan roughness, serta analisis spektrum, gitar karuun buatan Aruma memukau dengan suara yang lebih hangat dan karakter mellow, menawarkan nuansa berbeda dari gitar kayu pada umumnya.
"Menurut para musisi, suaranya lebih warmth, lebih cocok untuk musik folk atau mellow. Itu yang bikin gitarnya punya ciri khas, " ungkapnya.
Tantangan tak luput dari proses kreatif ini. Dari ratusan sketsa awal, Aruma harus memutar otak untuk menyaringnya menjadi satu desain final. Bagian paling menantang adalah pembuatan body gitar, yang memakan waktu tiga hingga empat bulan, mengingat material karuun yang benar-benar baru diaplikasikan pada alat musik.
"Headstock dan neck bisa selesai dalam beberapa hari, tapi body itu tantangan terbesar karena materialnya benar-benar baru dipakai untuk alat musik, " tuturnya. (Warta Kampus)