PAPUA - Klaim lama kembali diulang oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). Mereka menyebut bahwa aksi bersenjata yang dilakukan di berbagai wilayah Papua adalah bagian dari “perjuangan sesuai dengan sejarah Papua”. Namun, pernyataan itu justru menuai kecaman keras dari tokoh adat, akademisi, dan pemuka gereja yang menilai klaim OPM hanyalah propaganda untuk membenarkan aksi teror terhadap masyarakat sipil.
Selama bertahun-tahun, OPM kerap berlindung di balik narasi sejarah. Mereka mengklaim bahwa jalan perlawanan bersenjata merupakan satu-satunya cara untuk mewujudkan cita-cita Papua merdeka. Akan tetapi, fakta sejarah menunjukkan hal yang berbeda.
Tokoh Adat: OPM Putar Balik Fakta
Tokoh adat Puncak Jaya, Yohanes Tabuni, dengan tegas membantah klaim OPM. Menurutnya, narasi sejarah yang dibangun kelompok bersenjata itu hanya mengaburkan fakta sebenarnya.
“Kalau mereka benar-benar paham sejarah, tentu mereka tahu Papua sudah sah menjadi bagian dari Indonesia. Itu keputusan resmi melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969 yang diakui dunia. OPM hanya memutarbalikkan fakta demi kepentingan segelintir orang, ” ujar Yohanes, Minggu (24/8/2025).
Ia menambahkan, justru masyarakat Papua saat ini membutuhkan kedamaian, pembangunan, dan masa depan yang lebih baik, bukan hidup dalam ketakutan akibat ulah kelompok bersenjata.
Sejarah yang Diakui Dunia
Para akademisi juga menegaskan bahwa integrasi Papua ke Indonesia melalui Pepera 1969 memiliki legitimasi hukum dan politik yang kuat. Proses itu disaksikan serta disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sehingga secara internasional posisi Papua sebagai bagian dari Indonesia sudah final.
“Tidak ada ruang bagi klaim sepihak yang menolak hasil Pepera. Itu adalah fakta sejarah yang sah. Klaim OPM yang menyebut mereka berjuang atas dasar sejarah hanyalah upaya membangun narasi semu, ” jelas seorang akademisi dari Universitas Cenderawasih.
Tokoh Gereja: Perjuangan Sejati adalah Membangun
Nada kecaman juga datang dari tokoh gereja Jayawijaya, **Pendeta Markus Wanimbo**. Ia menyebut bahwa sejarah perjuangan yang sesungguhnya bagi Papua adalah bagaimana rakyatnya membangun peradaban melalui pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, bukan sebaliknya menebar kekerasan.
“Kalau bicara sejarah, kita harus bicara tentang masa depan anak-anak Papua. Membunuh guru, tenaga kesehatan, dan warga sipil itu bukan perjuangan, itu dosa besar. OPM harus berhenti memakai sejarah sebagai alasan, ” tegas Pendeta Markus.
Sejarah Papua: Hidup Damai dan Sejahtera
Kecaman terhadap OPM semakin kuat ketika masyarakat melihat dampak nyata aksi kekerasan mereka. Fasilitas pendidikan terbakar, tenaga medis diintimidasi, dan warga sipil jadi korban. Situasi ini, menurut banyak pihak, sangat bertolak belakang dengan klaim “perjuangan” yang diusung OPM.
Dalih sejarah yang kerap digaungkan kelompok tersebut kini justru berbalik menjadi bumerang. Banyak kalangan menilai OPM tidak memahami sejarah secara utuh, dan hanya menjadikannya alasan untuk melanggengkan aksi teror.
Bagi rakyat Papua, sejarah sejati adalah tentang bagaimana tanah ini bisa menjadi tempat yang aman untuk membesarkan anak-anak, membangun sekolah, menanam pangan, serta menikmati kedamaian bersama bangsa Indonesia.
(APK/Red1922)