Oleh: [ Indra Gusnady ]
OPINI — Perekonomian Sumatera Barat mencatatkan pertumbuhan sebesar 4, 66% (year-on-year/y-on-y) pada triwulan I-2025, dengan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai Rp86, 25 triliun. Capaian ini menandai kinerja yang solid di tengah dinamika perekonomian global dan nasional yang belum sepenuhnya stabil.
Namun, sorotan muncul pada angka pertumbuhan kuartalan (quarter-to-quarter/q-to-q) yang menunjukkan kontraksi tipis - 0, 01%. Artinya, aktivitas ekonomi Sumatera Barat pada Triwulan 1 thn 2025 hampir stagnant, dibandingkan triwulan IV-2024.
Apa arti kontraksi - 0, 01%?
Kontraksi q-to-q sebesar - 0, 01% menunjukkan bahwa total produksi barang dan jasa, quartal I thn 2025, sedikit menyusut dibandingkan quartal IV akhir tahun sebelumnya (2024). Secara praktis, ini menggambarkan masa transisi dan pelambatan musiman yang lazim terjadi di awal tahun. Ada beberapa alasan utama yang tercermin dari data:
- Efek musiman awal tahun – Aktivitas ekonomi biasanya tinggi pada triwulan IV karena konsumsi akhir tahun dan realisasi anggaran pemerintah yang dikebut. Masuk triwulan I, konsumsi dan belanja pemerintah cenderung melambat karena awal tahun anggaran.
- Penurunan konsumsi pemerintah (-1, 41%) – Belanja barang dan jasa pemerintah berkurang, yang memperlemah sirkulasi uang dan kegiatan ekonomi.
- Kontraksi sektor konstruksi (-0, 31%) – Aktivitas konstruksi cenderung turun setelah puncak pembangunan pada akhir tahun.
- Anjloknya ekspor (-31, 02%) – Permintaan ekspor dari luar negeri melemah drastis, mengurangi sumbangan sektor eksternal terhadap perekonomian.
Pertanian dan Perdagangan Menjadi Penopang
Pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 6, 45% (y-on-y) menegaskan posisi sektor ini sebagai lokomotif utama ekonomi daerah. Stabilitas sektor primer ini menjadi penyangga penting di tengah tekanan dari sektor lain.
Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor juga tumbuh signifikan 4, 72%, mencerminkan daya beli masyarakat relatif terjaga. Barangkali juga efek belanja yang cendrung naik menjelang hari raya idul fitri.
Transportasi dan pergudangan ikut tumbuh 3, 96%, mendukung konektivitas dan distribusi dalam provinsi. Sejalan dengan peningkatan sektor perdagangan dan eceran.
Namun, kontraksi sektor konstruksi (-0, 31%) dan konsumsi pemerintah (-1, 41%) berpotensi menghambat akselerasi ekonomi dalam jangka pendek jika tidak segera dipulihkan.
Ekspor Terjun Bebas, Implikasi Serius
Kontraksi ekspor sebesar - 31, 02% menjadi sinyal paling mengkhawatirkan dalam data ini. Penurunan tajam ini menunjukkan tingginya ketergantungan ekonomi Sumatera Barat pada pasar luar negeri dan lemahnya diversifikasi produk ekspor.
Dalam jangka pendek, hal ini berpotensi mempersempit ruang pertumbuhan karena permintaan eksternal tidak stabil.
Kontribusi Regional: Posisi Tengah
Sumatera Barat menyumbang 6, 86% terhadap ekonomi Pulau Sumatera dan 1, 52% terhadap ekonomi nasional. Posisi ke-6 di Sumatera menempatkan provinsi ini sebagai pemain menengah yang masih memiliki peluang untuk naik kelas jika strategi penguatan ekonomi dilakukan tepat sasaran.
Analisa : Akar Tantangan dan Peluang
Berdasarkan data PDRB Triwulan I-2025, terdapat kekuatan yang patut dipertahankan serta tantangan struktural yang perlu diatasi agar ekonomi Sumatera Barat tidak hanya tumbuh, tetapi juga tahan banting dan inklusif.
Kekuatan
- Sektor Pertanian dan Konsumsi Rumah Tangga Stabil
Pertumbuhan sektor pertanian sebesar 6, 45?n konsumsi rumah tangga sebesar 4, 12% menjadi bukti ketahanan ekonomi berbasis kebutuhan pokok. Ketergantungan masyarakat lokal pada produk dalam negeri membuat konsumsi relatif tahan terhadap gejolak eksternal.
- Perdagangan dan Transportasi Bertumbuh
Pertumbuhan sektor perdagangan dan transportasi masing-masing 4, 72?n 3, 96% mencerminkan geliat ekonomi domestik yang sehat. Daya beli masyarakat dan permintaan antarwilayah yang signifikan turut mendukung konektivitas antarkabupaten/kota.
Tantangan
- Anjloknya Ekspor (-31, 02%) — Ketergantungan Eksternal yang Rapuh. Penurunan ekspor sangat drastis ini bukan sekadar fluktuasi musiman, tetapi mengindikasikan ketergantungan pada komoditas primer yang harganya tidak stabil. Ketidakmampuan menggenjot ekspor produk olahan menyebabkan ekonomi daerah rentan terhadap gejolak global.
- Pelemahan Konstruksi (-0, 31%) — Indikasi Lesunya Investasi
Kontraksi konstruksi menandakan perlambatan realisasi proyek infrastruktur pemerintah maupun investasi swasta. Jika dibiarkan, akan mengurangi penciptaan lapangan kerja baru dan melemahkan pertumbuhan ekonomi daerah. Mengingat, pengeluaran pemerintah dibidang infrastruktur dan kontruksi tetap menjadi pemicu dan memberikan 'multiplier effect' bagi bergeraknya sektor-sektor ekonomi lainnya di kabupaten/kota di Sumbar
- Turunnya Konsumsi Pemerintah (-1, 41%) — Minimnya Stimulus Fiskal Awal Tahun. Perlambatan belanja pemerintah berisiko memperlambat putaran ekonomi dan kegiatan layanan publik. Mengingat sektor swasta juga menghadapi tekanan, peran belanja pemerintah sebagai penggerak sangat krusial.
- Stagnasi Kuartalan (-0, 01%) — Sinyal Awal Potensi Pelemahan
Kontraksi q-to-q yang kecil ini tetap perlu dicermati. Tanpa percepatan kegiatan ekonomi pada triwulan berikutnya, risiko perlambatan pertumbuhan sepanjang tahun meningkat.
Peluang Strategis
1.Optimalisasi Pertanian Berbasis Hilirisasi
Penguatan hilirisasi produk pertanian (industri olahan pangan, ekspor hasil olahan, agrowisata) bisa menjadi motor ekspor baru yang lebih stabil ketimbang komoditas mentah.
2.Penguatan Konektivitas dan Perdagangan Antarprovinsi
Memperluas pasar produk Sumatera Barat ke provinsi tetangga melalui penguatan jalur logistik darat, laut, dan digital (e-commerce) akan mempercepat distribusi dan memperluas jangkauan pasar UMKM.
3.Percepatan Realisasi Infrastruktur dan Proyek Investasi
Akselerasi tender proyek pemerintah dan penyederhanaan perizinan investasi swasta akan mendorong pertumbuhan jangka pendek sekaligus membangun fondasi daya saing jangka panjang.
4.Reformasi Manajemen Anggaran Daerah
Peningkatan serapan anggaran sejak awal tahun, melalui percepatan pelaksanaan proyek pencairan program prioritas, perlu diupayakan agar efek pengganda belanja pemerintah langsung terasa.
5.Diversifikasi Pasar Ekspor dan Produk Baru
Perluasan target pasar ekspor dan penguatan produk bernilai tambah seperti produk halal, industri kreatif, dan pariwisata, akan mereduksi risiko ketergantungan pada satu-dua komoditas utama.
Kesimpulan
Perekonomian Sumatera Barat pada awal 2025 menunjukkan fondasi pertumbuhan tahunan yang kuat sebesar 4, 66% (y-on-y) . Namun, stagnasi kuartalan - 0, 01?n anjloknya ekspor menjadi peringatan serius. Dengan langkah-langkah strategis yang tepat sasaran; percepatan Pembangunan infrastruktur dan realisasi belanja pemerintah daerah, diversifikasi ekonomi, dan penguatan daya saing — Sumatera Barat berpeluang menjaga momentum pertumbuhan berkelanjutan sekaligus memperkokoh daya tahan ekonominya menghadapi tantangan ke depan. (*IG)
______________
Catatan : Artikel ini disusun berdasarkan data resmi BPS Sumatera Barat, Berita Resmi Statistik No. 29/05/13/Th. XXVIII, 5 Mei 2025. Semua analisis merujuk langsung ke data tersebut tanpa tambahan rujukan eksternal.