Gappembar dan Warga Tuntut Penghentian Permanen Tambang Sirtu PT Bumi Barru Sejahtera

2 days ago 10

BARRU - Polemik penambangan sirtu (pasir dan batu) di Sungai Botto-Botto, Desa Lompo Tengah, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, mencapai titik didih. 

Audiensi yang mempertemukan pihak perusahaan, aparat desa, dan masyarakat berakhir dengan penolakan mutlak dari warga dan mahasiswa, yang secara kolektif menuntut penghentian total seluruh aktivitas eksploitasi.

Pertemuan yang digelar di rumah warga hari ini, Jumat (5/12/2025) dihadiri oleh perwakilan penting, termasuk Pimpinan PT Bumi Barru Sejahtera, aparat desa, kepolisian, TNI, tokoh masyarakat, dan anggota Gabungan Pemuda Pelajar Mahasiswa Barru (Gappembar) Komisariat V Tanete Riaja.

Masyarakat dan mahasiswa kompak menyuarakan keprihatinan mendalam atas dampak destruktif yang ditimbulkan oleh aktivitas tambang. Mereka menuding eksploitasi PT Bumi Barru Sejahtera telah merusak ekosistem vital Sungai Botto-Botto, yang merupakan sumber air dan mata pencaharian utama bagi desa tersebut.

Andi Fitra, perwakilan Gappembar, menegaskan bahwa penolakan ini adalah isu prinsipil tentang perlindungan lingkungan dan keberlanjutan ruang hidup.

“Kami tidak main-main. Keberadaan tambang ini telah terbukti membawa lebih banyak kerugian daripada manfaat. Kami menuntut agar pihak perusahaan menghentikan seluruh aktivitas penambangan dan segera melakukan pemulihan lingkungan. Masyarakat dan mahasiswa menolak keras adanya proses penambangan ini, ” tegas Fitra, mewakili aspirasi pemuda dan mahasiswa yang hadir.

Tokoh masyarakat turut memperkuat penolakan dengan membeberkan kesaksian mengenai penurunan debit air, kerusakan parah pada infrastruktur jalan, dan ancaman banjir yang kian nyata sejak operasi tambang dimulai.

Mereka bersepakat bahwa masa depan lingkungan lebih berharga daripada keuntungan ekonomi sesaat dari eksploitasi Sumber Daya Alam (SDA).

Dalam upaya meredam gejolak, pihak perusahaan, PT Bumi Barru Sejahtera, sempat menawarkan solusi mediasi. Solusi tersebut mencakup pembentukan 9 Tim Evaluator untuk mengawal proses, serta penghentian aktivitas penambangan sementara hingga rapat lanjutan dan keputusan final dari tim tersebut.

Namun, tawaran solusi mediasi ini dimentahkan sepenuhnya oleh masyarakat dan Gappembar.
Meskipun aktivitas tambang dihentikan sementara, sikap akhir dari massa tetap kekeh dan kolektif untuk menuntut penghentian total secara permanen. 

Penawaran pembentukan tim evaluator sama sekali tidak menggoyahkan sikap mutlak mereka.
Aksi penolakan tegas ini menjadi sinyal kuat bahwa masyarakat Tanete Riaja tidak akan mundur dalam upaya mempertahankan kelestarian Sungai Botto-Botto. 

Mahasiswa dan masyarakat berkomitmen untuk terus mengawal isu ini hingga perusahaan benar-benar menutup operasinya dan lingkungan kembali pulih.

Read Entire Article
Karya | Politics | | |