PANGKEP SULSEL - Permasalahan sampah plastik di lingkungan sekolah kerap dianggap sepele, padahal dampaknya sangat serius. Kebiasaan siswa membawa dua gelas plastik air minum setiap hari ke sekolah telah memicu penumpukan sampah di sekitar pagar sekolah dan saluran drainase. Jika dibiarkan, kondisi ini bukan hanya merusak keindahan lingkungan, tetapi juga berpotensi menimbulkan banjir akibat drainase tersumbat.
Plastik merupakan material yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai. Ketika gelas plastik terbawa arus air dan masuk ke tanah atau perairan, dampaknya akan dirasakan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, sekolah sebagai institusi pendidikan memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi pelopor dalam upaya menjaga lingkungan sejak dini
Penerapan program sedekah siswa sebesar Rp1.000 per hari menjadi solusi sederhana namun bermakna. Kebijakan ini tidak hanya bertujuan mengurangi sampah plastik, tetapi juga menanamkan nilai kepedulian sosial dan tanggung jawab bersama kepada seluruh siswa. Dari nominal kecil tersebut, lahir manfaat besar bagi lingkungan dan warga sekolah.
Dana sedekah yang dikelola oleh OSIS diarahkan untuk membeli galon air minum bagi setiap kelas. Langkah ini secara langsung mengurangi penggunaan gelas plastik sekali pakai. Siswa pun mulai terbiasa menggunakan botol minum sendiri, sebuah kebiasaan baik yang sejalan dengan gaya hidup ramah lingkungan.
Selain aspek lingkungan, program ini juga menjadi sarana pembelajaran manajemen dan kepemimpinan bagi pengurus OSIS. Mereka dilatih mengelola dana secara transparan, merencanakan kebutuhan sekolah, dan bertanggung jawab atas setiap rupiah yang terkumpul. Ini merupakan pendidikan karakter yang tidak selalu didapatkan di ruang kelas.
Menariknya, dana sedekah tersebut tidak hanya berhenti pada pengadaan galon air. Sebagian dana dimanfaatkan untuk membeli cat taman-taman wisata sekolah, sehingga lingkungan sekolah menjadi lebih indah, asri, dan nyaman. Lingkungan yang bersih dan menarik tentu berdampak positif pada semangat belajar siswa.
Perbaikan lapangan olahraga juga menjadi salah satu prioritas penggunaan dana. Fasilitas olahraga yang layak mendukung kesehatan fisik siswa dan mendorong mereka untuk aktif bergerak. Dengan demikian, sedekah siswa berkontribusi langsung pada peningkatan kualitas hidup dan pembelajaran di sekolah.
Lebih jauh lagi, dana sedekah digunakan untuk membantu siswa yang sedang sakit. Bentuk kepedulian ini menumbuhkan rasa empati dan solidaritas antarsesama siswa. Mereka belajar bahwa sekolah bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga ruang kebersamaan dan saling peduli.
Bantuan uang transportasi bagi siswa kurang mampu menjadi bukti nyata bahwa program sedekah ini berpihak pada keadilan sosial. Dengan bantuan tersebut, siswa yang memiliki keterbatasan ekonomi tetap dapat bersekolah dengan tenang dan bermartabat, tanpa merasa tertinggal dari teman-temannya.
Pengelolaan dana sedekah yang diarahkan ke halaman sekolah untuk membenahi berbagai kegiatan menunjukkan bahwa partisipasi siswa mampu membawa perubahan nyata. Ketika siswa dilibatkan langsung, mereka merasa memiliki sekolah dan terdorong untuk menjaga serta merawatnya bersama-sama.
Program sedekah Rp1.000 per hari ini membuktikan bahwa perubahan besar tidak selalu membutuhkan dana besar. Dengan niat baik, pengelolaan yang jujur, dan kerja sama semua pihak, masalah lingkungan dan sosial di sekolah dapat diatasi secara berkelanjutan
Kebijakan ini juga layak menjadi contoh bagi sekolah lain. Integrasi antara kepedulian lingkungan, pendidikan karakter, dan solidaritas sosial merupakan fondasi penting dalam membentuk generasi yang peduli, bertanggung jawab, dan berakhlak mulia
Pada akhirnya, sedekah siswa bukan sekadar soal uang seribu rupiah, melainkan tentang nilai yang ditanamkan. Dari tangan-tangan kecil siswa, lahir harapan besar untuk lingkungan yang bersih, sekolah yang nyaman, dan generasi masa depan yang lebih peduli terhadap sesama dan alam sekitarnya.
Pangkep 23 Desember 2025
Herman Djide
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan


















































