JAKARTA - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyoroti tren penurunan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) sebagai indikator positif yang menunjukkan tingginya kepercayaan investor, baik dari dalam maupun luar negeri, terhadap kelangsungan fondasi ekonomi Indonesia ke depan. Senyum tipis tersungging di wajahnya saat ia menyampaikan pandangannya tersebut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (20/10/2025).
“Yield-nya rendah kan berarti kita bagus. Orang lain percaya sama kita. Domestik sama asing, ” ujar Purbaya, menekankan signifikansi angka tersebut.
Ia merinci bahwa saat ini imbal hasil SBN dengan tenor 10 tahun berada di kisaran 5, 9 persen. Angka ini, menurut Purbaya, merupakan level terendah yang pernah dicapai dalam dua dekade terakhir, sebuah bukti nyata bahwa pasar memandang fundamental ekonomi Indonesia tetap kokoh dan memiliki prospek cerah.
“Kalau tidak ada kepercayaan, yield tidak mungkin bisa turun seperti ini, ” tegas Purbaya, menggarisbawahi korelasi langsung antara kepercayaan pasar dan pergerakan imbal hasil.
Sebagai gambaran, tren penurunan imbal hasil SBN 10 tahun telah terlihat dalam beberapa bulan terakhir. Data dari Bank Indonesia dalam rilis "Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah" mencatat imbal hasil SBN sebesar 5, 94 persen pada Kamis (16/10).
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury Note) 10 tahun pada hari yang sama tercatat di level 3, 975 persen. Perbedaan (spread) imbal hasil antara SBN Indonesia dan US Treasury pun semakin menyempit, hanya sebesar 1, 97 persen atau 197 basis poin (bps).
Pergerakan pasar menunjukkan geliat positif, terbukti dengan pembelian bersih (net buy) investor nonresiden senilai Rp17, 28 triliun di pasar SBN sejak awal tahun hingga 16 Oktober 2025. Di sisi lain, pasar saham dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masih mencatatkan jual bersih masing-masing sebesar Rp51, 24 triliun dan Rp132, 75 triliun.
Berdasarkan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI), total outstanding SBN per akhir September 2025 mencapai Rp6.592 triliun. Angka ini terbagi atas Surat Utang Negara (SUN) sebesar Rp5.301 triliun dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) senilai Rp1.290 triliun. Rincian SUN meliputi Obligasi Negara (SUN jangka panjang) senilai Rp5.243 triliun dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN, jangka pendek) Rp58, 7 triliun.
Dalam hal kepemilikan, mayoritas SUN dipegang oleh bank swasta nasional senilai Rp526 triliun, diikuti oleh bank pemerintah/BUMN sebesar Rp316, 5 triliun, dan bank asing Rp74, 9 triliun. Untuk SPN, kepemilikan terbesar berada pada bank pemerintah Rp3, 45 triliun dan bank asing Rp2, 58 triliun. (PERS)