SIMALUNGUN - Berbagai komentar miring diungkapkan publik, khususnya kalangan aktivis pemerhati perkebunan tanaman kelapa sawit terhadap manajemen Unit Kebun Marihat, berstatus BUMN milik Sub Holding Palm Co PTPN IV Regional II.
Pasalnya, kalangan aktivis fokus menyoroti buruknya etos kerja oknum Pemangku Jabatan Utama berinisial ASP menjabat Manajer di Kebun Marihat, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, Senin (08/12/2025), sekira pukul 09.00 WIB.

"Kinerja sosok berinisial ASP dituding buruk dan tidak profesional saat menjabat Manajer di Kebun Hatonduhan dan massa melakukan aksi demo terhadapnya, " ungkap K Damanik melalui sambungan percakapan selularnya.
Selanjutnya, sosok ASP dimutasi ke Kebun Marihat, kata K Damanik menjelaskan, kalangan publik menyoroti buruknya kinerja lebih kurang dalam setahun ini dan Kebun Marihat tidak menunjukkan peningkatan produktifitas.
"Temuan aktivitas di Afdeling 3 yakni, adanya galian C ilegal material batu padas, hama ulat menyerang pertumbuhan tanaman belum berproduksi dan maraknya aksi pencurian TBS kelapa sawit, " beber K Damanik.
Kemudian, K Damanik menerangkan, serangan hama telah berlangsung cukup lama dan bila dilihat kondisi tanaman sangat memprihatinkan di areal tersebut. Selain itu, anggaran biaya pemeliharaan dan perawatan tanaman jadi sorotan.
"Tidak tampak adanya upaya untuk melakukan pencegahan dan pengendalian terhadap serangan hama. Hal itu dibuktikan dengan semak belukar tumbuh subur di lokasi tersebut dan dapat dipastikan anggaran biayanya menguap, " terangnya.

Seterusnya, ditambahkan soal insiden penembakan terhadap warga setempat hingga kritis akibat luka tembak di kepala korban. Hingga saat ini, sosok ASP tidak menyampaikan klarifikasi atas insiden yang dilakukan okeh personel pengamanannya.
"Kalangan masyarakat mengutuk perbuatan oknum personel pengamanan yang melakukan penembakan. Sementara, Manajer Kebun Marihat terkesan membungkam, " tandas K Damanik.
Sementara, Manajer Kebun Marihat berinisial ASP dan Benny selaku Kepala Asisten Tanaman Kebun Marihat dikonfirmasi melalui pesan percakapan selularnya, terkait sejumlah persoalan yang terjadi di Kebun Marihat, akhirnya mencuat ke publik.
Sangat disesalkan sikap ke dua sosok Pemangku Jabatan Utama di Kebun Marihat ini, terkesan kompak membungkam dan tidak bersedia merespon apalagi menanggapi penyampaian konfirmasi awak media, hingga rilis berita ini dilansir ke publik.
Sebelumnya diberitakan, Kondisi PTPN IV Regional 2 Unit Kebun Marihat dipimpin seorang pria berinisial ASP menjabat Manajer. Kalangan aktivis sosial kontrol mengungkapkan, sosok pria ini berkarakter tak memiliki empati, didukung percaya diri di atas rata-rata.
Namun, menurut nara sumber dalam keterangannya menyebutkan, kinerja Manajer Kebun Marihat tak sebanding rasa percaya dirinya. Terbukti dengan hasil penelusuran di areal kebun yang dipimpinnya, dalam kondisi memprihatinkan tanpa adanya upaya melakukan perbaikan.
Pasalnya, hasil penelusuran nara sumber menyebutkan, ratusan hektar tanaman kelapa sawit berusia 3 tahun tidak terawat dan tampak mengenaskan di Afdeling 3, Kebun Marihat, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, Sabtu (29/11/2025), sekira pukul 11.05 WIB.

"Serangan ulat tersebut diprediksi sejak empat bulan terakhir ini, tepatnya semenjak Kebun Marihat dipimpin Andi Purba. Secara teknis, pemicu serangan ulat akibat minimnya pengawasan serta identifikasi sejak dini, " sebut nara sumber melalui pesan percakapan selularnya.
Selain itu dalam keterangannya, nara sumber menjelaskan, manajemen perusahaan sub holding perkebunan kelapa sawit dikelola PT Palm Co, PTPN IV Regional 2, mengalokasikan anggaran perawatan dan pemeliharaan tanaman melalui lelang pengadaan barang dan jasa.
"Vendornya menerima alokasi biaya pemeliharaan tanaman, anggaran tersebut menguap dan program tanaman kelapa sawit berkelanjutan yang dicanangkan PT PalmCo PTPN IV Regional 2 hanya "Omon-Omon", " tegas nara sumber.

Lebih lanjut dalam keterangannya, nara sumber mengatakan, kondisi tanaman kritis akibat serangan ulat kantung dan ulat api. Hal ini akan menghambat proses fotosintesis setelah tanaman kehilangan daunnya serta di fase ini tanaman tidak berproduksi maksimal.
"Kondisinya memprihatinkan dan serangan ulat pada fase seperti ini, tananan berpotensi tidak produktif dalam waktu lama dan proyeksi investasi PalmCo PTPN IV Regional 2 jauh dari ekspektasi, " tandas nara sumber mengakhiri.









































