Mesuji daerah yang Lahir dari Ketimpangan, Dibesarkan oleh Harapan, dan Terus Diuji oleh Realita

3 weeks ago 16

OPINI - Di tengah meriahnya peringatan HUT Kabupaten Mesuji ke-17 dengan beragam lomba dan aktivitas masyarakat ada satu cerita yang jarang disentuh: kisah kelahiran Mesuji yang berangkat bukan dari kemudahan pembangunan, melainkan dari ketimpangan yang menahun. Mesuji adalah contoh paling nyata bagaimana sebuah wilayah yang terlalu lama menjadi pinggiran, akhirnya memaksa dirinya menjadi pusat.

Akar Masalah: Ketika “Pinggiran” Menjadi Identitas Tak Tertulis

Sebelum 2008, Mesuji hanya menjadi sudut sepi di peta utara Lampung. Secara administratif masuk Tulang Bawang, namun secara perhatian sering kali tidak masuk agenda prioritas. Warga dari Rawajitu Utara hingga Way Serdang hidup dalam realitas yang membuat pemekaran bukan sekadar wacana politik, tetapi kebutuhan mendesak.

Akses kesehatan jauh, sekolah terbatas, sementara jalan poros kerap menyerupai kubangan ketimbang jalur penghubung. Kisah para petani yang mengantarkan orang sakit berjam-jam, pelajar yang menempuh perjalanan berat untuk sekolah, dan warga yang mengurus administrasi puluhan kilometer jauhnya adalah potret yang tidak pernah masuk naskah undang-undang tetapi itulah fondasi kelahiran Mesuji.

Pemekaran: Gerakan Akar Rumput yang Sering Terlupakan

Banyak orang beranggapan pemekaran adalah kerja elite politik. Faktanya, tekanan terbesar justru datang dari bawah tokoh adat, petani, perangkat desa, hingga masyarakat biasa. Mereka mengadakan pertemuan, merumuskan aspirasi, membentuk tim pemekaran, dan melobi pemerintah provinsi. Media besar jarang menuliskan kegigihan warga ini.

Hingga akhirnya negara mendengar. Pada 30 Oktober 2008, Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2008 disahkan. Mesuji resmi lahir. Namun euforia itu hanya permulaan.

Realitas Setelah Berdiri: Membangun dari Ruang Hampir Kosong

Menjadi kabupaten bukan berarti masalah selesai. Mesuji memulai segalanya dari hampir nol: kantor pemerintahan menumpang, birokrasi dibentuk tergesa, anggaran turun bertahap. Harapan warga berjalan lebih cepat daripada kemampuan pemerintah muda memenuhi janji.

Hingga kini, sebagian problem lama masih membayangi:

. Jalan poros yang belum sepenuhnya mulus

. Kemiskinan yang masih perlu ditekan

. Minimnya lapangan kerja baru

. SDM yang belum siap menghadapi persaingan modern

. Infrastruktur publik yang berkembang tidak merata

. Status kabupaten memberi peluang, tetapi sekaligus membuka betapa besar pekerjaan rumah yang ada.

. Mesuji Hari Ini: Berbenah, Meski Tak Selalu Cepat

Mesuji memang berubah. Jalan mulai diperbaiki, pusat pemerintahan lebih teratur, Taman Kehati menjadi ikon baru, dan kegiatan HUT ke-17 menandai semangat masyarakat yang terus tumbuh. Namun perubahan itu tetap terasa pelan bagi warga yang setiap hari menghadapi realitas hidup. Ekonomi berjalan, tetapi belum mengambil lompatan besar. Pertanian masih menjadi tulang punggung, namun belum sepenuhnya diberi nilai tambah. Industri minim, investasi belum stabil.

Pertanyaan dasarnya tetap sama: apakah Mesuji hari ini telah menjawab alasan kelahirannya?

Jawabannya: belum sepenuhnya.

Tantangan Utama: Menjaga Masa Depan Tanpa Hilang Arah

Jika Mesuji ingin maju, ada tiga agenda yang tidak boleh diabaikan:

. Menghapus ketimpangan internal. Jangan sampai beberapa wilayah menjadi “pinggiran baru” di kabupaten yang dulu lahir karena merasa menjadi pinggiran.

. Mendorong ekonomi berbasis rakyat. Pertanian, perikanan, dan UMKM harus naik kelas, bukan hanya bertahan.

. Memperkuat integritas pemerintahan. Korupsi, birokrasi lambat, dan ketidakterbukaan adalah musuh terbesar daerah muda.

. Sejarah Mesuji adalah sejarah rakyat yang menuntut keadilan.  

. Pemerintah hari ini harus memastikan kesalahan masa lalu tidak diulang dalam bentuk baru.

Kesimpulan: Mesuji Belum Selesai Dan Di Situlah Kekuatan Terbesarnya

Mesuji berdiri karena warganya menolak menjadi daerah tertinggal. Tugas generasi hari ini adalah menjaga semangat yang sama. Pemerintah tidak boleh hanya menjadi pengatur administrasi, masyarakat tidak boleh hanya menjadi penonton.

Mesuji adalah daerah yang lahir dari kebutuhan, tumbuh karena harapan, dan akan maju jika semua pihak melangkah bersama.

Kabupaten ini belum selesai dibangun. Dan justru di situlah masa depan terbaiknya sedang menunggu.

Mesuji, Rabu 19 November 2025

Udin komarudin

Jurnalis Nasional Indonesia

Read Entire Article
Karya | Politics | | |