JAKARTA - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) mengumumkan kesiapan mereka untuk meluncurkan proyek ambisius pengelolaan sampah menjadi sumber energi (waste to energy) pada akhir tahun 2025. Langkah ini diharapkan menjadi solusi inovatif untuk menangani masalah sampah yang kian mendesak di Indonesia.
Pandu Patria Sjahrir, Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, mengungkapkan bahwa tahap awal proyek ini akan difokuskan pada pembangunan 10 stasiun Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) yang tersebar di sepuluh kota strategis di seluruh Indonesia. Ia menyatakan optimisme tinggi terhadap jadwal peluncuran tersebut.
"InsyaAllah di akhir tahun ini nanti kita sudah bisa launching, " ujar Pandu, saat ditemui seusai menghadiri acara "1 Tahun Pemerintahan Prabowo Gibran 'Optimism on 8 Percent Economic Growth'" di Jakarta, pada hari Kamis.
Antusiasme dari sektor swasta untuk terlibat dalam proyek revolusioner ini sangatlah besar. Hingga kini, tercatat lebih dari 120 perusahaan, baik dari skala nasional maupun multinasional, telah menyatakan minatnya untuk bergabung dalam konsorsium proyek waste to energy.
"Udah lebih dari 120 lebih konsorsium perusahaan yang register interest pada Waste to Energi Project, " tambah Pandu.
Saat ini, Danantara Indonesia tengah memfokuskan upaya pada seleksi ketat perusahaan-perusahaan yang memiliki kapasitas dan kapabilitas terbaik untuk mengoperasikan stasiun PSEL di berbagai wilayah Indonesia. Kualitas dan keandalan menjadi prioritas utama dalam pemilihan mitra strategis.
Konsep proyek waste to energy ini terinspirasi dari kesuksesan negara-negara maju seperti Korea Selatan, Jepang, dan China yang telah berhasil mengimplementasikan teknologi serupa dengan hasil yang memuaskan. Keberhasilan mereka dalam mengubah sampah menjadi energi yang bermanfaat sekaligus mengatasi masalah lingkungan menjadi tolok ukur penting.
"Contohnya, baik di Jepang, di Tokyo, ada juga di Korea, Selatan di Seoul, kita juga lihat di China, beberapa ada top 10 kota-kota besar, dimana sekarang kan mereka defisit sampah malah. Dan soal lingkungan juga sudah bagus, " jelas Pandu.
Lebih lanjut, Pandu menyampaikan bahwa inisiatif waste to energy ini merupakan bagian integral dari upaya pemerintah untuk secara komprehensif menangani permasalahan sampah nasional yang kian memburuk. Pemerintah berkomitmen untuk memberikan insentif yang menarik bagi para investor.
Salah satu terobosan yang dilakukan adalah penghapusan biaya pembuangan sampah (tipping fee), menjadikan proyek ini sebagai yang pertama di dunia yang bebas dari beban biaya tersebut. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik finansial proyek.
"Kami juga telah menetapkan harga sebesar Rp20 per kilowatt hour (kWh), yang menurut saya cukup menarik, " ungkap Pandu.
Secara keseluruhan, rencana pengembangan mencakup 33 proyek dengan estimasi nilai investasi yang mencapai 150 hingga 200 juta dolar AS per proyeknya, setara dengan Rp2, 49 hingga Rp3, 32 triliun (dengan kurs Rp16.580 per dolar AS). Sebagian dari total pendanaan, yang sebagian besar akan dihimpun melalui Patriot Bond yang telah mencapai Rp50 triliun, akan dialokasikan untuk proyek pengelolaan limbah ini. (PERS)