INTAN JAYA - Asap mengepul dan aroma khas membumbung dari Kampung Andugume, Distrik Wano Barat, Intan Jaya, Papua Tengah. Jumat (5/12/2025) menjadi saksi bisu kehangatan ritual Bakar Batu, sebuah upacara sakral yang mengukuhkan berakhirnya konflik antarwarga yang sempat membayangi. Lebih dari sekadar tradisi, prosesi ini menjadi penanda penebusan, penutupan lubang perselisihan, dan pernyataan resmi perdamaian menurut adat.
Kehadiran personel Satgas Yonif 408/Sbh Titik Kuat Andugume bukan hanya sebagai penjaga keamanan, melainkan sebagai bagian integral dari kebersamaan yang tercipta. Mereka turut bekerja bahu-membahu dengan masyarakat, menyiapkan batu panas, dedaunan segar, hingga hewan ternak, merajut kembali benang persatuan yang sempat terkoyak.
Kapten Inf Nur Ikhsan, Komandan Pos Andugume, tak kuasa menahan haru menyaksikan momen bersejarah ini. Ia merasa terhormat dapat mendampingi masyarakat dalam ritual yang memiliki bobot historis dan sosial begitu dalam.
"Kami merasa terhormat bisa ikut dalam prosesi sakral ini. Bakar Batu hari ini bukan sekadar ritual, tetapi jembatan hati. Kami datang untuk membantu, merangkul, dan menjadi bagian dari masyarakat Andugume. Harapan kami, dengan selesainya upacara ini, warga kembali hidup dalam damai dan saling menghargai, " ujar Kapten Ikhsan.
Ritual Bakar Batu tak hanya tentang memulihkan hubungan, tetapi juga tentang menghapus jejak perselisihan yang menyisakan luka. Ketegangan yang sempat menggantung kini larut dalam pelukan erat, jabat tangan yang tulus, serta sumpah setia untuk hidup berdampingan dalam damai.
Pendeta Herinus Talenggen, tokoh gereja yang memimpin doa dalam acara tersebut, menyampaikan apresiasi mendalam atas keterlibatan semua pihak, terutama Satgas 408/Sbh.
"Hari ini kita melihat bukti bahwa Tuhan bekerja melalui adat dan kebersamaan. Konflik yang melukai hati telah kita pulihkan bersama melalui ritual ini. Kami berterima kasih karena Satgas hadir bukan hanya menjaga, tetapi ikut merasakan dan menghormati adat kami, " ungkap Pendeta Herinus dengan suara bergetar.
Ia berharap kedamaian yang terjalin melalui ritual adat ini akan terus bersemi, menjadi fondasi kokoh bagi kehidupan sosial masyarakat Andugume di masa depan. Upacara Bakar Batu ini menjadi penegasan bahwa pertikaian telah usai, disaksikan oleh manusia dan diakui oleh hukum adat. Asap yang membubung tinggi, batu panas yang membara, serta sinergi antara warga dan prajurit Satgas, menjadi simbol nyata bahwa perdamaian Papua lahir dari rasa saling menghormati dan menerima.
Dengan berakhirnya ritual penuh makna ini, Kampung Andugume menyatakan diri kembali sebagai satu keluarga besar yang utuh. Lembaran baru terbentang, diisi dengan harapan dan kekuatan bersama untuk masa depan yang lebih baik.

















































