Opini - Alhamdulillah, tentunya patut kita sampaikan kepada yang terhormat Presiden republik Indonesia Prabowo Subianto atas komitmen Kerakyatannya dan komitmen Patriotismenya yang senantiasa ditegaskan dalam pernyataan resmi kenegaraannya, baik secara formil kenegaraan pada rapat bersama kabinet merah putih dan dalam forum-forum resmi nasional. Setidaknya, kami menilai terhadap ketegasan komitmen presiden Prabowo itu telah membangkitkan semangat hidup seluruh lapisan rakyat Indonesia guna berhadapan dengan pelbagai tantangan kehidupannya di tanah air Indonesia.
Presiden Prabowo Subianto, sejatinya memiliki kesungguhan optimal terhadap perbaikan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di Indonesia. Tentunya, kami berkesimpulan terhadap kesungguhan optimalnya presiden Prabowo itu berdasarkan dari pernyataan dan tindakannya sejak beliau masih aktif sebagai anggota tentara nasional Indonesia (TNI) hingga saat ini dalam kapasitasnya sebagai kepala negara alias presiden Indonesia. Secara penilaian kami, presiden Prabowo Subianto memiliki nilai rasionalitas terhadap komitmen kebangsaan Indonesia sebagimana termaktub dalam undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 dan Pancasila, sehingga kemudian nilai rasionalitas kebangsaan itu mempengaruhi sikap dan tindakannya terhadap ikhtiar perbaikan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, apapun tantangannya.
#Kepemimpinan
Tentunya, Pemimpin memiliki kewajiban sebagai media pelayanan terhadap semua pihak yang menjadi tanggungjawab serta pertanggungjawabannya. Karenanya, apabila pemimpin tidak lagi menjalankan kewajibannya sebagai pelayan, maka secara otomatis telah hilang jati diri kepemimpinannya. Pertanyaan kemudian, apakah seseorang yang dikenal sebagai pemimpin pernah tidak melakukan kewajibannya? Tentunya dalam era kepemimpinan kontemporer atau kepemimpinan di era kehidupan terkini, tidak terlepas dari banyaknya pemimpin yang lalai alias pemimpin yang tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang pemimpin.
Membaca kepemimpinan Indonesia kontemporer dalam skala nasional, maka' kita diperhadapkan pada suatu keniscayaan yang mengarahkan pikiran dan penilaian setiap warga negara terhadap suatu dinamika kepemimpinan yang cenderung subjektif personal dan subjektif kelompok. Fakta kepemimpinan kontemporer yang bernilai subjektif itu, tentunya sangat mempengaruhi pertanggungjawaban kepemimpinan serta kewajiban seorang pemimpin apapun ikhtiar kepemimpinannya. Maka' seorang pemimpin harus mampu mempertegas komitmen kepemimpinannya dengan sebaik-baiknya dalam apapun lingkaran subjektifitas, sehingga kemudian memastikan pemimpin hanya berdiri sebagai seorang pemimpin dan bukan sebagai petugasnya pemimpin.
Subjektifitas dinamika kepemimpinan yang memiliki arah 'hanya mementingkan sebagian orang dan sebagian kelompok di negeri yang sama-sama kita cintai ini 'yakni negeri Indonesia, sudah sepatutnya diakhiri dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya berdasarkan nilai-nilai konstitusionaltas bernegara sebagai landasan pijak utama berbangsa dan bernegara. Oleh karenanya menurut kami, harus hadir suatu foumulasi yang menguntungkan semua pihak secara rasional terukur dan berkesinambungan, serta senantiasa konsisten dengan nilai-nilai berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, nilai kepemimpinan kontemporer yang melemahkan, insha Allah mampu ditiadakan secara baik dan benar demi keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih maju dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia.
(Jakarta 27 April 2025)
- Saiful Chaniago -