Investor Panik, Antrean Jual Emas Membludak di Seluruh Indonesia
Istanbul, Turki – Dunia menyambut kabar luar biasa di awal pekan ini. Enam negara kekuatan utama dunia, Amerika Serikat, China, Rusia, Ukraina, India, dan Pakistan—mengumumkan kesepakatan damai bersejarah di Istanbul, Senin malam waktu setempat. Langkah diplomatik ini langsung digadang sebagai momen paling signifikan sejak berakhirnya Perang Dingin.
Namun, dampaknya tak hanya mengguncang panggung geopolitik. Pasar komoditas global, khususnya emas, mengalami guncangan besar dalam hitungan jam setelah pengumuman tersebut. Harga emas internasional anjlok lebih dari 3, 5% pada sesi perdagangan Asia, menjadi penurunan harian terbesar dalam satu dekade.
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam 24 karat turun drastis sebesar Rp21.000 per gram. Ribuan investor ritel langsung bereaksi. Panic selling merebak sejak dini hari, memicu antrean panjang di toko-toko emas di berbagai kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Pekanbaru. Banyak investor mengaku mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah dalam waktu kurang dari 24 jam.
“Ini kejadian luar biasa. Kami belum pernah melihat antrean jual seperti ini sejak pandemi, ” ujar Rizal, manajer toko emas di Surabaya.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana persepsi risiko yang selama ini menopang harga emas bisa runtuh seketika. Emas yang biasa dipandang sebagai aset aman, safe haven, mengalami pukulan balik akibat hadirnya perdamaian yang datang mendadak.
“Pasar lebih takut pada ketidakpastian yang hilang tiba-tiba dibandingkan pada konflik yang berkepanjangan, ” ujar analis pasar dari Global Insight, Thomas Grieg.
Namun di balik euforia damai, muncul tanda tanya besar. Beberapa bank investasi Eropa mencatat adanya transaksi jumbo yang mencurigakan menjelang pengumuman resmi kesepakatan damai. Bursa Logam London (LME) bahkan tengah menyelidiki aktivitas tak wajar pada kontrak berjangka emas dalam 48 jam terakhir memunculkan dugaan kebocoran informasi dari perundingan tertutup di Ankara.
Di sisi lain, dampaknya paling terasa di kalangan investor kecil: pensiunan, ibu rumah tangga, hingga karyawan yang selama ini menjadikan emas sebagai tabungan masa depan.
“Saya simpan emas sejak pandemi, dan baru sekarang saya merasa panik betul, ” kata Lestari (41), warga Bogor, yang mengaku mengalami kerugian lebih dari Rp70 juta dalam dua hari terakhir.
Saat dunia bersuka cita menyambut era baru perdamaian, sebagian masyarakat justru tengah menghadapi badai finansial yang datang tanpa peringatan. (Ray)