PADANG – Seiring berjalannya waktu, luka akibat banjir bandang yang menerjang Kota Padang pada 25-28 November 2025 perlahan mulai ditangani. Hingga Rabu, 3 Desember 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Padang melaporkan angka duka yang memilukan: 12 warga dilaporkan meninggal dunia. Tak hanya itu, 3.019 orang masih harus bertahan di pengungsian, sebuah kenyataan pahit yang menunjukkan betapa dahsyatnya bencana ini.
Kepala Pelaksana BPBD Padang, Hendri Zulviton, mengisahkan bagaimana pihaknya berjuang tanpa henti sejak awal bencana terjadi. "Pada awal kejadian, jumlah pengungsi sempat mencapai lebih dari 5.000 orang. Saat ini sudah berkurang menjadi 3.019 orang, " ungkapnya dengan nada prihatin saat diwawancarai InfoPublik.id di Rumah Dinas Wali Kota Padang, Sumatra Barat.
Angka pengungsi yang terus berkurang memang sebuah kabar baik, namun di balik itu, kerusakan yang ditinggalkan banjir bandang sungguh mencengangkan. BPBD mencatat lonjakan signifikan pada jumlah rumah yang rusak. Jika sebelumnya 222 unit rumah dilanda kerusakan berat, kini angka tersebut membengkak menjadi 301 unit. Belum lagi 699 unit rumah lainnya yang harus rela mengalami kerusakan ringan. Ini berarti, ribuan keluarga harus menghadapi kenyataan pahit kehilangan tempat tinggal yang aman.
Fokus penanganan kini beralih pada pemulihan dan pembersihan. Empat kecamatan, yakni Pauh, Nanggalo, Koto Tangah, dan Kuranji, menjadi wilayah yang paling parah terdampak. Di Kecamatan Pauh sendiri, 1.800 warga masih memilih bertahan di tempat pengungsian, seperti sekolah, masjid, dan tenda darurat, menunggu kondisi benar-benar aman untuk kembali.
Upaya pembersihan material lumpur yang tebal tak kenal lelah dilakukan. Berbagai elemen dikerahkan, mulai dari alat berat, mobil pemadam kebakaran, hingga mobil penyemprot air. "Kita bekerja bersama seluruh unsur PU, Damkar, BPBD, TNI, dan Polri untuk membersihkan permukiman dan fasilitas yang terdampak, " ujar Hendri, menunjukkan sinergi yang kuat dalam menghadapi cobaan ini.
Kabar baiknya, tidak ada lagi warga yang terisolasi. "Semua warga sudah berhasil dievakuasi. Penanganan tanggap darurat berjalan sesuai rencana, " tegas Hendri, memberikan sedikit kelegaan di tengah situasi sulit ini.
Namun, perjuangan belum usai. Kerusakan pada lima intake PDAM membuat distribusi air bersih tersendat. Meski beberapa titik mulai pulih, pasokan air belum sepenuhnya stabil. "Kami terus mengirimkan air bersih menggunakan mobil tangki dari PDAM, swasta, depot air minum, Damkar, dan BPBD untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit dan warga, " jelas Hendri, menggambarkan upaya keras memastikan kebutuhan dasar terpenuhi.
Hendri menegaskan bahwa prioritas utama saat ini adalah pemulihan akses air bersih dan pembersihan area yang tertimbun lumpur. "Masalah utama kita sekarang adalah air bersih dan pembersihan kawasan yang terdampak lumpur, " katanya, menyoroti tantangan terbesar yang dihadapi.
Di balik angka-angka tersebut, tersimpan cerita pilu ribuan warga yang belum bisa kembali ke rumah. Mulai dari kerusakan berat yang membuat hunian tak layak huni, hingga trauma mendalam yang masih membekas pasca-bencana. Pemerintah kini tengah berupaya menyiapkan solusi jangka panjang, termasuk relokasi, hunian sementara, serta penguatan sistem mitigasi bencana agar kejadian serupa tidak terulang kembali dan masyarakat Padang dapat bangkit lebih kuat. (PERS)












































