Jampangkulon, Sukabumi — Di tengah derasnya arus modernisasi dan birokrasi yang kerap berjarak, Kecamatan Jampangkulon justru menemukan kehangatan dalam sosok pemimpinnya: Bapak Dading, S.Pd. K.P., Camat yang tak hanya memimpin dari balik meja, tetapi hadir sebagai sahabat, tetangga, dan penjaga hati masyarakatnya. Ia bukan sekadar pejabat administratif, melainkan wajah kemanusiaan dari pemerintahan yang menyentuh langsung kehidupan warga, ungkap salah satu tokoh masyarakat saat kegiatan pelayanan terpadu, Jum'at 19 September 2025.
Dengan semangat Sukabumi Mubarokah sebagai landasan moral dan spirit, Bapak Dading menata Jampangkulon bukan hanya dengan program, tetapi dengan cinta dan ketulusan. Ia dikenal luas bukan karena seragam atau jabatan, tetapi karena kesederhanaannya yang menyentuh. Seringkali, selepas tugas kantor, ia memilih berkeliling desa dengan pakaian biasa, menyapa warga tanpa protokol, dan mendengarkan keluhan mereka dengan hati terbuka, katanya saat ditemui di sela kunjungan ke Desa Cikarang.
Kesederhanaan itu bukan pencitraan, melainkan cerminan dari filosofi kepemimpinannya: bahwa pemimpin harus hadir, bukan hanya terlihat. Ia menjadi pendengar setia, penengah dalam konflik, dan penggerak dalam kebersamaan. Tak heran jika tokoh agama, pemuda, dan ibu-ibu PKK menyebutnya sebagai “Bapak yang bisa diajak ngobrol tanpa rasa sungkan, ” ungkap seorang ustaz dalam acara pengajian kecamatan belum lama ini.
Kepemimpinan yang Menyentuh dan Mengakar
Di bawah kepemimpinan Bapak Dading, Jampangkulon tak hanya membangun fisik, tetapi juga membangun jiwa. Ia mendorong kegiatan keagamaan, penguatan nilai-nilai budaya, dan pelayanan publik yang inklusif. Dari santunan anak yatim, majelis taklim, hingga pelatihan ekonomi kreatif untuk pemuda desa, semua dijalankan dengan pendekatan yang merangkul, bukan menggurui, jelasnya saat membuka pelatihan UMKM di Balai Kecamatan.
Ia juga aktif menguatkan sinergi antar desa, mendorong kolaborasi lintas sektor, dan memastikan bahwa pembangunan tidak hanya menyentuh angka, tetapi menyentuh hati. Dalam setiap forum, ia selalu mengingatkan bahwa keberkahan wilayah lahir dari niat baik dan kebersamaan, tuturnya dalam rapat koordinasi lintas desa.
“Saya bukan pemimpin yang ingin dihormati karena jabatan, tapi ingin diingat karena kehadiran. Sukabumi Mubarokah itu prinsip kita bersama, dan semangat kita bersama untuk membangun wilayah dengan hati, dengan nilai, dan dengan kebersamaan, ” ungkapnya dengan nada rendah hati.
Ia menambahkan bahwa semboyan “Jampangkulon Nyate Bos: Nyaman, Tentram, Bari Orangna Someah” bukan sekadar kata-kata, tetapi cerminan dari apa yang ingin ia wujudkan: wilayah yang damai, ramah, dan saling menjaga, katanya saat menutup kegiatan pelayanan terpadu keliling.
“Kalau kita bangun wilayah dengan cinta, maka masyarakat akan menjaganya dengan doa. Kalau kita hadir dengan tulus, maka kepercayaan akan tumbuh tanpa diminta, ” pungkasnya dengan senyum hangat.
Di Jampangkulon, kepemimpinan bukan tentang kekuasaan, tetapi tentang kehadiran. Dan Bapak Dading telah membuktikan bahwa di tengah dunia yang serba cepat, pemimpin yang berjalan pelan bersama rakyatnya justru meninggalkan jejak yang paling dalam dan hidup di hati warga masyarakat.
dev