Calo Maskapai Penerbangan Tipu Puluhan Orang, Korban Lapor ke Mabes Polri

1 month ago 17

JAKARTA - - Di balik harapan besar untuk menggapai impian menjadi pilot, Yugi Ibnu Nurmawan dan ayahnya, Nurmansyah, justru terjerat dalam penipuan yang melibatkan calo. Mereka pun kini melaporkan dugaan penipuan itu ke Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri, setelah berbulan-bulan berusaha mencari kejelasan di Polda Metro Jaya. Kasus yang menimpa mereka, bersama puluhan korban lainnya, hingga kini masih menggantung tanpa penyelesaian yang pasti.

"Kami melaporkan bahwa kami telah menjadi korban penipuan oleh calo maskapai penerbangan yang menjanjikan akan ada penerimaan calon pilot. Ternyata, semua itu hanya kebohongan yang merugikan sekitar 20 orang, " ujar Nurmansyah dengan wajah penuh kekecewaan Sabtu (1/3). Laporan ke Divisi Propam Polri sendiri dilakukan Nurmansyah Rabu, 26 Februari 2025 lalu.

Menurut pengakuan Nurmansyah, setiap korban diminta untuk membayar biaya pendidikan sebesar Rp600 juta untuk mengikuti pelatihan selama setahun. Setelah itu, mereka dijanjikan akan dipekerjakan sebagai pilot di maskapai tersebut.

Awal mula cerita ini bermula ketika Yugi, anak Nurmansyah, mengetahui adanya kesempatan untuk menjadi pilot melalui seorang teman SMA bernama Bondan Dewandaru, yang sudah bekerja sebagai copilot di maskapai tersebut. Bondan kemudian mengenalkan Yugi kepada dua calo, yaitu Abdul Latif Mulya Jaya dan Musa Abdullah, yang mengaku bisa membantu Yugi untuk masuk menjadi pilot.Bondan sendiri dilaporkan mendapatkan komisi sebesar Rp50 juta dari calo tersebut, meskipun uang itu sudah dikembalikan ke Yugi.

Namun, setelah beberapa waktu, Nurmansyah mulai meragukan janji-janji tersebut karena ia menemukan fakta bahwa maskapai yang dimaksud tidak sedang membuka lowongan pilot. Meski telah melakukan berbagai upaya mediasi dengan calo-calo itu, uang sebesar Rp600 juta yang dibayarkan oleh Yugi dan para korban lainnya tetap tidak kembali.

“Setelah berbulan-bulan menunggu dan tak ada kabar, kami akhirnya melaporkan kasus ini ke Polda Metro Jaya pada 2021 lalu. Sayangnya, hingga kini proses hukum masih jalan di tempat. Calo-calo tersebut malah melarikan diri, dan kami tidak tahu keberadaannya, ” ungkap Nurmansyah dengan nada kecewa.

Kekecewaan yang sama juga dirasakan oleh Nurmansyah terkait lambannya respons polisi. Meskipun pihak calo sudah mengakui telah melakukan penipuan saat mediasi, polisi justru belum juga menangkap pelaku. Bahkan, saat ia mengonfirmasi perkembangan kasus tersebut ke Polda Metro pada Oktober 2024, penyidik mengungkapkan bahwa calo tersebut sudah tidak berada di alamat yang terdaftar.

“Begitu saya mendengar itu, saya merasa sudah tidak ada lagi harapan. Kami merasa dihadapkan pada tembok yang sangat besar, ” tambahnya dengan nada putus asa.

Yugi, yang kini menjadi salah satu korban, menceritakan lebih lanjut tentang bagaimana ia bisa terjebak dalam penipuan tersebut. Berawal dari pertemuannya dengan Bondan, sahabat SMA-nya yang sudah menjadi copilot, Yugi dipercaya oleh temannya untuk mengikuti jalur yang sama, yakni melalui calo tersebut. Bondan sendiri mengaku menerima Rp50 juta dan segera mengembalikannya ke Yugi setelah menyadari bahwa ia juga telah terjebak dalam praktik penipuan.

“Pada awalnya, saya percaya karena Bondan adalah teman dekat saya. Kami membuat perjanjian dengan calo, dan saya dijanjikan akan menandatangani kontrak dengan maskapai setelah satu tahun pelatihan. Namun, setelah waktu yang dijanjikan berlalu, kontrak tersebut tak pernah ada, dan kami sadar telah tertipu, ” jelas Yugi dengan penuh penyesalan.

Kini, kasus penipuan yang menelan kerugian sekitar Rp1, 8 miliar ini masih menunggu penyelesaian. Para korban berharap Polri dapat segera mengusut tuntas kasus ini dan membawa para pelaku ke pengadilan agar keadilan dapat ditegakkan. []

Read Entire Article
Karya | Politics | | |