OPINI - Danantara, Badan Pengelola Investasi (BPI) yang baru dibentuk di Indonesia, bertujuan untuk menjadi katalis dalam pembangunan ekonomi nasional melalui pengelolaan investasi strategis. Diharapkan, Danantara dapat meningkatkan kemandirian ekonomi, ketahanan, dan kesejahteraan negara. (https://kemenkeu.go.id/.../Presiden-Luncurkan-Danantara)
Namun, kehadiran Danantara memunculkan berbagai persepsi di kalangan publik. Beberapa pihak optimistis terhadap potensi Danantara dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, sementara yang lain pesimistis terkait tantangan yang dihadapi. Artikel ini akan menganalisis persepsi publik terhadap Danantara, perbandingan dengan lembaga serupa di negara lain, serta prospek dan tantangan yang dihadapi.
Persepsi Publik terhadap Danantara.
*Optimisme:
Banyak pihak melihat Danantara sebagai langkah strategis dalam meningkatkan kemandirian ekonomi Indonesia. Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, menyatakan bahwa Danantara merupakan tonggak sejarah dalam perjalanan Indonesia menuju kemandirian ekonomi, ketahanan, dan kesejahteraan.
Selain itu, Danantara diharapkan dapat menjadi instrumen pembangunan yang efektif, mengingat perannya sebagai pengelola investasi dan instrumen pembangunan. (https://fokus.kontan.co.id/.../danantara-lahir-jadi...)
*Pesimisme:
Di sisi lain, terdapat kekhawatiran terkait transparansi dan tata kelola Danantara. Beberapa kritik menyebutkan bahwa Danantara berpotensi menjadi sarana bagi konsorsium politik dan oligarki untuk meraih keuntungan pribadi, yang dapat mengurangi kepercayaan publik terhadap niat tulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang adil dan merata. (https://fokus.kontan.co.id/.../danantara-lahir-jadi...?)
Proses Transisi
Sejak pembentukannya, Danantara telah mengambil alih kepemilikan pemerintah di berbagai BUMN strategis, termasuk Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Negara Indonesia (BNI).
Namun, proses transisi ini tidak lepas dari tantangan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menekankan pentingnya bank-bank BUMN yang dikelola oleh Danantara untuk tetap berkinerja baik dan membangun persepsi positif di mata investor. (https://keuangan.kontan.co.id/.../gabung-danantara-ojk...)
Perbandingan dengan Lembaga Sejenis di Negara Lain
Di negara lain, lembaga serupa dengan Danantara telah beroperasi dengan berbagai model. Misalnya, di Singapura, terdapat Temasek Holdings yang berfungsi sebagai perusahaan investasi milik negara dengan portofolio yang luas dan dikelola secara profesional. Disisi lain, di Malaysia ada 1Malaysia Development Berhad (1MDB) yang dianggap contoh yang gagal.
Berikut Digambar secara singkat perbandingan diantara keduanya.
- Temasek Holdings, Singapura
Temasek Holdings adalah salah satu lembaga investasi negara yang dikelola dengan sangat profesional dan transparan di Singapura. Sejak didirikan pada tahun 1974, Temasek telah menjadi contoh global dalam hal pengelolaan investasi negara yang sukses. Berikut adalah beberapa faktor yang membedakan tata kelola Temasek dengan lembaga serupa di negara lain.
- Tata Kelola yang Profesional dan Mandiri
Temasek dikenal dengan struktur tata kelola yang profesional dan independen. Sebagai lembaga investasi milik negara, Temasek dikelola oleh manajemen profesional yang memiliki pengalaman dan keahlian di sektor investasi. Temasek tidak dilibatkan dalam urusan politik atau kekuasaan, yang memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih rasional dan berbasis data.
- Mengutamakan prinsip transparansi dalam pengelolaan dan pelaporan keuangannya.
Temasek secara rutin menerbitkan laporan tahunan yang terperinci mengenai kinerja portofolionya, serta kebijakan dan strategi investasi. Hal ini memberikan kepercayaan kepada publik dan pemangku kepentingan lainnya mengenai pengelolaan dana negara yang aman dan efektif.
- Pendekatan Investasi yang Jangka Panjang dan Diversifikasi
Temasek mengadopsi strategi investasi jangka panjang dengan fokus pada diversifikasi portofolio di berbagai sektor, baik domestik maupun internasional. Strategi ini memastikan bahwa Temasek dapat mengurangi risiko investasi dan memperoleh keuntungan yang berkelanjutan. Selain itu, Temasek juga berinvestasi di sektor-sektor yang strategis bagi ekonomi Singapura, seperti teknologi, kesehatan, energi terbarukan, dan sektor keuangan.
- Independensi dari Pemerintah
Meskipun Temasek dimiliki sepenuhnya oleh pemerintah Singapura, lembaga ini memiliki struktur yang terpisah dan independen dari pengaruh langsung pemerintah. Temasek memiliki Dewan Direksi yang terdiri dari individu-individu dengan latar belakang profesional, yang bukan merupakan bagian dari pemerintahan. Hal ini memungkinkan Temasek untuk membuat keputusan investasi yang objektif tanpa intervensi politik.
- 1MDB, Malaysia
Di sisi lain, Malaysia memiliki pengalaman kurang menyenangkan terkait lembaga investasi negara, yaitu 1Malaysia Development Berhad (1MDB), yang didirikan pada tahun 2009 dengan tujuan untuk mendorong investasi dan pengembangan ekonomi melalui proyek-proyek infrastruktur besar. Namun, 1MDB mengalami serangkaian masalah tata kelola yang akhirnya mengarah pada skandal korupsi internasional.
- Tata Kelola yang Buruk dan Terlibat Politik
Salah satu faktor utama kegagalan 1MDB adalah pengelolaan yang buruk dan adanya keterlibatan politik dalam pengambilan keputusan. 1MDB didirikan dan dikelola oleh individu yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah Malaysia, khususnya mantan Perdana Menteri Najib Razak. Hal ini menimbulkan konflik kepentingan, di mana keputusan investasi tidak didasarkan pada pertimbangan profesional atau ekonomi yang rasional, tetapi lebih didorong oleh kepentingan politik dan pribadi.
- Pengelolaan yang terlibat politik ini menyebabkan transparansi menjadi sangat terbatas. Keputusan investasi dan aliran dana sering kali tidak jelas dan sulit dipertanggungjawabkan. Selain itu, sistem pengawasan internal yang lemah memungkinkan terjadinya penyalahgunaan dan kebocoran dana dalam jumlah besar.
- Ketidakjelasan dalam Pengelolaan Keuangan
Berbeda dengan Temasek yang secara terbuka mempublikasikan laporan keuangan dan kinerja portofolio, 1MDB tidak memiliki transparansi yang memadai. Banyak transaksi yang dilakukan oleh 1MDB terjadi di luar pengawasan publik dan kurang dilaporkan dengan jelas. Hal ini mengarah pada keraguan besar mengenai aliran dana dan penggunaan investasi yang dilakukan. Pada akhirnya, ketidakjelasan ini memunculkan skandal besar yang melibatkan penyalahgunaan dana negara, dengan jumlah yang diperkirakan mencapai miliaran dolar. Beberapa tokoh kunci dalam skandal ini, termasuk mantan Perdana Menteri Najib Razak, didakwa melakukan pencucian uang dan penggelapan dana.
- Kurangnya Independensi dan Pengawasan
Salah satu alasan utama kegagalan 1MDB adalah kurangnya independensi dari pemerintah dan pengawasan yang lemah. Meskipun 1MDB secara teoritis adalah badan yang dikelola oleh negara, namun pengaruh langsung pemerintah Malaysia dalam operasionalnya memperburuk pengelolaan dan pengawasan lembaga ini. Proses pengambilan keputusan yang kurang transparan dan terlalu bergantung pada keputusan politik menyebabkan lemahnya akuntabilitas dan penyalahgunaan kekuasaan.
Perbandingan dan pengalaman dari kedua negara ini menunjukkan bahwa Danantara memiliki tantangan besar dalam membangun kredibilitas dan tata kelola yang baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Prospek ke Depan
Jika Danantara mampu mengatasi tantangan yang ada, lembaga ini memiliki prospek yang cerah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan pengelolaan investasi yang efektif, Danantara dapat menjadi sumber pendanaan bagi proyek-proyek strategis yang mendukung pembangunan infrastruktur, teknologi, dan sektor-sektor penting lainnya.
Tantangan yang Dihadapi
Beberapa tantangan yang dihadapi Danantara antara lain:
- Transparansi dan Tata Kelola: Membangun sistem tata kelola yang transparan dan akuntabel untuk memastikan kepercayaan publik dan investor.
- Manajemen Risiko: Mengelola risiko investasi dengan hati-hati untuk menghindari kerugian yang dapat merugikan perekonomian negara.
- Keterlibatan Sektor Swasta: Mendorong partisipasi sektor swasta dalam investasi yang dikelola oleh Danantara untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi.
Kesimpulan
Danantara berada di persimpangan antara optimisme dan pesimisme. Keberhasilannya akan sangat bergantung pada kemampuan dalam membangun tata kelola yang baik, transparansi, dan manajemen risiko yang efektif. Dengan demikian, Danantara dapat menjadi instrumen yang efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia jika mampu mengatasi tantangan yang ada dan memenuhi harapan publik.
Praktek Pengalaman dari Lembaga serupa di 2 negara tetangga (tamasek, Singapura dan 1MDB, Malaysia) merupakan ‘Best and Bad Practise” yang bisa dujadikan Pelajaran dalam pengelolaannya. Selanjutnya, Danantara akan mengikuti yang mana? Biarkan dulu bekerja. Perjalanan Waktu yang akan memperlihatkan kemana arah kecendrungannnya, Best or Bad
Oleh : Kepala Bapenda Kabupaten Solok Indra Gusnady, SE, M.Si