PANGKEP SULSEL - Kabupaten Pangkajene Kepulauan memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa, namun data statistik menunjukkan tetap tertinggal dari sisi ekonomi. bukan karena tidak punya potensi, tapi karena potensi itu belum tergali secara optimal. Jika ingin menjadi daerah maju, maka langkah paling realistis adalah memulai dari apa yang dimiliki: potensi lokal.
Kabupaten Pangkep hampir semua wilayah desa dan kelurahan memiliki sesuatu yang khas. Entah itu hasil bumi, keindahan alam, kearifan lokal, kuliner tradisional, atau kerajinan tangan. Sayangnya, potensi ini sering hanya dinikmati secara lokal tanpa dikembangkan menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi. Di sinilah pentingnya visi dan kreativitas untuk mengubah potensi menjadi kekuatan.
Pengolahan hasil alam adalah langkah pertama. Jangan hanya menjual hasil tani atau laut dalam bentuk mentah. Daerah harus mulai berpikir untuk mengolahnya menjadi produk siap konsumsi atau bahkan produk premium. Misalnya, ubi tidak hanya dijual di pasar, tapi diolah menjadi keripik, tepung, atau susu, lalu dikemas secara modern.
Industri kreatif berbasis budaya lokal juga punya peluang besar. Kesenian, tenun, kerajinan kayu, atau batik khas daerah bisa dipasarkan bukan hanya ke turis lokal, tetapi juga ke luar negeri. Namun hal ini butuh pembinaan desain, manajemen produksi, dan strategi pemasaran yang tepat.
Pariwisata juga menjadi potensi yang sering luput digarap serius. Banyak desa atau daerah kecil menyimpan panorama yang bisa menjadi daya tarik wisata. Tapi tanpa akses, promosi, dan kesiapan masyarakat, potensi itu tetap tidur. Pemerintah dan warga harus berani berinvestasi dalam fasilitas dan hospitality.
Penting juga membangun branding desa atau kelurahan. Produk-produk lokal harus dikemas dengan identitas yang kuat. Nama, cerita, dan ciri khas dari produk lokal bisa menjadi nilai jual tersendiri. Contohnya, produk dari "Desa Lanne" dikenal karena kualitas organiknya atau proses produksinya yang ramah lingkungan.
Namun, menggali potensi lokal tidak bisa jalan sendiri. Diperlukan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, komunitas, dan akademisi. Pemerintah memfasilitasi regulasi dan infrastruktur, pengusaha fokus pada hilirisasi dan pasar, sementara komunitas dan kampus bisa jadi laboratorium inovasi.
Pendidikan dan pelatihan juga sangat dibutuhkan agar masyarakat memiliki keterampilan untuk mengolah dan mengembangkan potensi mereka sendiri. Tanpa kapasitas SDM yang memadai, potensi hanya akan jadi wacana tanpa dampak nyata.
Pemasaran digital harus menjadi bagian tak terpisahkan. Di era sekarang, produk desa bisa dijual ke seluruh Indonesia bahkan dunia lewat media sosial dan e-commerce. Literasi digital harus ditanamkan, agar pelaku usaha lokal tidak tertinggal dan tetap kompetitif.
Selain itu, akses permodalan juga perlu dipermudah. Banyak pelaku usaha mikro yang punya ide bagus tapi kesulitan mendapatkan dana. Koperasi, BUMDes, atau skema pembiayaan berbasis komunitas bisa menjadi solusi awal yang efektif dan inklusif.
Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan potensi daerah juga tak kalah penting. Masyarakat harus tahu ke mana arah pembangunan dan ikut merasa memiliki. Semangat kolektif inilah yang membuat program pemberdayaan bertahan dalam jangka panjang.
Tak kalah penting adalah menjaga keberlanjutan. Potensi lokal bukan untuk dihabiskan, tapi untuk diwariskan. Pengelolaan sumber daya alam dan budaya harus ramah lingkungan dan melibatkan generasi muda agar terus berlanjut.
Dengan menggali potensi lokal dan menjadikannya kekuatan ekonomi, sebuah daerah bisa mandiri dan tidak lagi bergantung pada bantuan pusat. Kemandirian ini bukan hanya soal uang, tapi tentang harga diri dan masa depan. Dari akar yang kuat, kita bisa tumbuh ke puncak yang tinggi.
Pangkep 13 April 2025
Penulis:
Herman Djide, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkep