Dari Rumah Adat ke Hati Rakyat: TNI Masariku Bangun Kepercayaan di Jantung Asmat

6 hours ago 4

PAPUA - Di sudut sunyi hutan Papua, di tengah arsitektur tradisional Rumah Jew milik Suku Asmat, berlangsung peristiwa yang lebih dari sekadar kunjungan militer. Satgas Pamtas Mobile Yonif 733/Masariku hadir di Kampung Mumugu, Distrik Krepkuri, Kabupaten Nduga bukan membawa instruksi, tetapi membawa empati. Minggu 13 Juli 2025.

Dipimpin langsung oleh Komandan Titik Kuat Batas Batu, kegiatan ini merupakan bagian dari program komunikasi sosial (Komsos) yang bertujuan membangun kedekatan antara prajurit dan masyarakat adat. Dalam kunjungan tersebut, puluhan kepala keluarga menerima paket sembako, tapi yang lebih bermakna dari semua itu adalah hadirnya rasa percaya yang tumbuh di antara mereka.

“Kami hadir bukan hanya untuk menjaga tapal batas, tetapi untuk menjalin ikatan dengan masyarakat. Kami menghargai budaya, mendengarkan keluhan, dan hadir sebagai bagian dari mereka, ” ujar Letkol Inf Julius Jongen Matakena, Komandan Satgas Yonif 733/Masariku.

Bersama para tetua adat dan warga, prajurit Masariku duduk bersila di Rumah Jew jantung sosial budaya Asmat. Di sana mengalir percakapan hangat tentang kebutuhan masyarakat, dinamika keamanan, dan harapan untuk pembangunan yang lebih merata. Tidak ada sekat, tidak ada protokol yang kaku. Hanya rasa hormat dan kesetaraan.

Kepala Suku, Bapak Daniel Menjah, menyampaikan ungkapan tulus:
“Kami merasa dilindungi, diperhatikan. Bapak-bapak TNI datang bukan hanya menjaga, tapi juga membawa kebaikan. Ini membuat kami merasa aman, tidak sendiri, ” katanya.

Lebih dari sekadar kegiatan sosial, kunjungan ini menandai pendekatan baru dalam menjaga kedaulatan: pendekatan yang membumi, menghormati nilai lokal, dan mengutamakan kepercayaan. Di wilayah perbatasan yang kerap diwarnai tantangan geografis dan sosial, kehadiran prajurit yang membawa pesan damai menjadi penyejuk dan penguat semangat warga.

Panglima Komando Operasi TNI HABEMA, Mayjen TNI Lucky Avianto, menegaskan arti penting pendekatan semacam ini. “Inilah wajah TNI yang kita banggakan. Mereka bukan hanya penjaga perbatasan, tetapi pengikat kepercayaan bangsa. Setiap pelukan, senyum, dan kehadiran di rumah adat adalah pondasi bagi keutuhan NKRI, ” ucapnya dengan penuh kebanggaan.

Ia menambahkan bahwa kekuatan prajurit tidak semata diukur dari persenjataan, tetapi dari kemampuannya membangun kepercayaan dan rasa aman secara emosional serta budaya di tengah masyarakat.

Di Kampung Mumugu, antara tiang rumah adat dan hamparan rimba Papua, tercipta jembatan yang tak kasatmata namun kokoh: jembatan batin antara rakyat dan prajurit. Dan di sanalah kekuatan sejati negara ini terus dipupuk bukan hanya melalui pertahanan, tapi juga melalui kepercayaan dan kasih sayang.

Authentication:
Dansatgas Media HABEMA
Letkol Inf Iwan Dwi Prihartono

Read Entire Article
Karya | Politics | | |