Desak Tutup Judi di Karo Hanya Modus, Sekelompok Oknum Wartawan Minta 'Jatah' Rp100 Ribu Perorang

3 weeks ago 14

KARO - Inilah bukti nyata fenomena yang sering terjadi saat ini di Tanah Karo. Belum lama ini, sekelompok oknum wartawan yang antusias 'Perang' terhadap penyakit masyarakat (Pekat), ternyata hanyalah 'Modus' belaka.

Pasalnya, beredar isu yang sudah santer dikalangan wartawan lainnya. Aksi damai yang bermuara digelarnya rapat dengar pendapat (RDP) dihadiri anggota DPR RI Hinca Panjaitan, di Kantor Wakil Rakyat Karo.

Rupanya hanya sebagai modus atau kedok menggertak pelaku ilegal. Buktinya, suara yang awalnya 'Lantang' tutup judi, narkoba dan prostitusi yang digadang-gadang sekelompok wartawan.

Rupanya hanya sebagai kedok (Topeng) untuk meminta 'Jatah' atau setoran uang, yang beken disebut 'Mil' kepada para pemilik atau pengelola judi. Mirisnya lagi, rekaman percakapan melalui seluler oknum wartawan dengan pengelola judi meminta jatah per kepala Rp100 ribu telah beredar.

"Saya dengar sendiri dari bos judi. Katanya, Ketua organisasi salah satu wartawan, sudah dikasih jatah. Awalnya minta Rp5 juta, karena ada 50 orang anggotanya. Tapi hanya setengah dikasih mereka, " ujar sumber yang tak ingin namanya disebut, Jumat (21/11-2025).

Padahal, sambungnya lagi, organisasi wartawan itu, awalnya 'Sok' berada di garda terdepan 'Menggelorakan' berantas pekat. Rupanya hanya, 'Style' saja agar para pelaku judi memberikan 'Mil' bagi mereka.

"Sangat bertolak belakanglah. Makanya janganlah munafik, kalau masih butuh. Kartu Tanda Anggota (KTA) wartawan, hanya digunakan sebagai senjata untuk minta jatah oleh oknum-oknum wartawan, " bebernya.

Padahal, tindakan ini sangat memalukan dan tentunya dapat merusak citra profesi jurnalis, yang seharusnya menjunjung tinggi kode etik jurnalistik saat melakukan liputan.

Apalagi, Dewan Pers Indonesia telah menegaskan, jika perilaku meminta-minta uang apalagi minta 'Jatah' kegiatan ilegal bukanlah perilaku wartawan profesional.

Selain itu, dapat merusak citra wartawan profesional lainnya, yang benar-benar melakukan tugas jurnalistiknya di Tanah Karo.

"Semua wartawan nantinya dianggap sama dimata pelaku-pelaku ilegal. Wartawan saat ini sudah dicap peminta-minta. Secara tidak langsung harga diri kita sudah diinjak-injak hanya karena oknum-oknum wartawan yang hanya bermodal KTA, " tambah Ketua Jurnalis Indonesia Satu (JIS) Sumut, Anita.

(Anita Theresia Manua)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |