Kebun Mini Gizi Maksimal, Herman Djide: Sekolah Ubah Lahan Kosong Jadi Sumber Makanan Sehat Anak

1 day ago 6

PANGKEP SULSEL - Lahan kosong di lingkungan sekolah kerap dipandang sebelah mata. Namun kini, sebuah inisiatif sederhana mengubah wajah pendidikan dan gizi anak-anak di SDN Hebat Dengan memanfaatkan lahan seluas 200 meter persegi di belakang sekolah, guru dan siswa berhasil menciptakan kebun gizi yang produktif dan penuh manfaat.

Demikian diungkapkan Herman Djide, Ketua DPD Jurnalis Nasional Indonesia (JNI) Cabang Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan saat mengunjungi salah satu SDN di Tondong Tallasa Selasa (3/6/2025)

Herman Djide berkata bahwa banyak lahan sekolah hingga kini hanya terbiarkan kosong padahal itu merupakan sumber bergizi untuk warga sekolah.

Menurut Pimpinan Redaksi Media Indonesia Satu yang di juluki Media seribu portal ini mengatakan bahwa nanyak anak datang ke sekolah dengan perut kosong atau mengandall mi instan, ini ada solusi konkret: menanam sendiri sayur dan buah untuk menunjang kebutuhan gizi anak.

Tentu dengan semangat gotong royong, para guru, siswa, dan orang tua mulai mengolah tanah. Setiap kelas bertanggung jawab atas satu petak kebun. Sayuran seperti bayam, kangkung, dan sawi tumbuh subur hanya dalam waktu tiga minggu. Di sudut lain, beberapa pohon pisang, pepaya, dan jambu mulai menunjukkan hasil.

Menariknya, kebun ini tidak hanya menyediakan pangan. Ia juga menjadi media belajar hidup yang nyata. “Anak-anak jadi paham proses dari benih sampai panen. Mereka lebih menghargai makanan dan tidak lagi memilih-milih sayur, ” ujar Pak Eko, guru IPA yang juga menjadi koordinator kebun.

Dari hasil panen, sekolah mengadakan program Makan Sehat Bersama setiap Jumat. Menu sederhana seperti sayur bening bayam, tempe, dan buah potong disajikan secara gotong royong. Anak-anak terlihat antusias, bahkan membawa bekal nasi dari rumah agar bisa makan bersama teman-temannya.

Selain menanam, siswa juga diajarkan membuat kompos dari sisa sayur dan sampah organik. Hal ini tak hanya mengurangi sampah sekolah, tapi juga menyuburkan tanah kebun. “Sistem ini berkelanjutan dan murah. Modalnya semangat dan kesadaran, ” kata Ibu Yani, guru kelas 4.

Tak hanya tanaman, sekolah juga mencoba budidaya lele dalam ember (budikdamber) sebagai sumber protein. Lele yang dipanen dua bulan sekali digunakan untuk lauk makan bersama. Siswa kelas 6 bahkan mulai mencatat biaya dan hasil panen untuk belajar dasar kewirausahaan.

Program ini mendapat respons positif dari Dinas Pendidikan dan Dinas Pertanian setempat. Dalam kunjungan resminya, mereka menyebut SDN Hebat sebagai model sekolah sehat yang layak dijadikan percontohan di daerah lain. Rencana pengembangan pun sedang digodok agar kegiatan ini berkelanjutan.

Para orang tua juga merasa terbantu. Anak-anak mereka menjadi lebih sehat, tidak mudah sakit, dan mulai membawa kebiasaan makan sayur ke rumah. “Dulu anak saya susah makan bayam. Sekarang malah minta ditanam di rumah, ” ujar Bu Rina, salah satu wali murid.

Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa gizi anak bisa ditingkatkan tanpa harus menunggu bantuan besar. Yang dibutuhkan adalah kolaborasi, kreativitas, dan kemauan untuk bertindak dari lingkungan terdekat anak: sekolah.

Melalui program ini, sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga pusat ketahanan pangan kecil yang langsung berdampak pada masa depan generasi. Pendidikan dan gizi kini berjalan beriringan.

“Kami ingin anak-anak tidak hanya pintar di atas kertas, tapi juga sehat, tangguh, dan peduli lingkungan, ” tutup Kepala Sekolah, sambil memetik buah jambu yang ranum di sudut halaman.

Langkah kecil SDN Hebat menunjukkan bahwa dari sepetak tanah, bisa tumbuh harapan besar. Kebun mini, gizi maksimal — semangat ini kini tumbuh bersama anak-anak Indonesia.( Hermidah)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |