PANGKEP SULSEL - Tondong Tallasa, salah satu kecamatan di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, menyimpan kisah tentang harapan yang sempat bersinar lewat penemuan kandungan emas. Potensi ini sempat menggugah semangat masyarakat dan membuka peluang ekonomi baru di wilayah tersebut.
Menurut Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jurnalis Nasional Indonesia (JNI) Kabupaten Pangkep, Herman Djide, kandungan emas di Tondong Tallasa pertama kali diumumkan secara resmi oleh pemerintah daerah pada tahun 2008. "Penemuan ini membuat daerah tersebut menjadi perhatian berbagai pihak, termasuk para penambang rakyat, " ujarnya.
Pasca pengumuman tersebut, aktivitas penambangan emas oleh masyarakat lokal mulai marak, terutama di wilayah Bantimurung yang masuk dalam Kecamatan Tondong Tallasa. Masyarakat memanfaatkan peralatan tradisional untuk mendulang emas dari sungai dan tanah sekitar.
Herman menjelaskan bahwa puncak kegiatan penambangan terjadi beberapa tahun setelah penemuan awal. Sungai-sungai yang melintasi Tondong Tallasa dipadati warga yang berharap menemukan butiran emas untuk menyambung hidup dan meningkatkan pendapatan keluarga.
Penelitian geologi kemudian memperkuat potensi emas tersebut. Kandungan emas di kawasan ini berupa endapan plaser yang bercampur dengan mineral lain seperti kuarsa, plagioklas, biotit, dan piroksen. Keberadaan mineral-mineral tersebut menunjukkan sistem mineralisasi epitermal, yang sering menjadi sumber utama emas.
Selain emas, tim peneliti juga menemukan mineral pirit dan perak yang tersebar di sepanjang sungai. Penemuan ini mempertegas bahwa wilayah tersebut layak untuk eksplorasi lebih dalam menggunakan teknologi modern.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, geliat penambangan di Tondong Tallasa mulai redup. "Warga yang dulunya memenuhi sungai untuk mendulang emas, kini lebih banyak kembali ke profesi lama mereka sebagai petani, " tutur Herman.
Salah satu penyebab menurunnya aktivitas ini adalah berkurangnya kandungan emas yang bisa diambil secara manual. Proses yang sebelumnya cukup mudah kini membutuhkan alat dan teknologi yang tidak dimiliki masyarakat setempat.
Herman juga menyebutkan bahwa sebagian warga berharap adanya dukungan dari pemerintah atau investor agar eksplorasi bisa dilanjutkan secara profesional. Hal ini penting untuk memastikan bahwa potensi emas yang tersisa tidak dibiarkan begitu saja.
"Potensi ini tidak boleh diabaikan. Harus ada kajian lanjutan yang melibatkan ahli geologi dan pihak swasta untuk mengetahui seberapa besar kandungan emas yang masih bisa dieksplorasi, " tegas Herman.
Ia juga mendorong pemerintah untuk lebih aktif dalam memberikan pendampingan kepada masyarakat, termasuk pelatihan teknis, edukasi lingkungan, dan perlindungan terhadap ekosistem sekitar tambang.
Dengan pengelolaan yang baik, potensi emas di Tondong Tallasa bukan hanya bisa memberikan keuntungan ekonomi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.
Meski kilau emasnya sempat memudar, Herman Djide optimis Tondong Tallasa masih menyimpan harta karun alam yang menunggu digali. "Tinggal bagaimana kita bersinergi, berpikir jauh ke depan, dan tidak melewatkan peluang besar ini, " pungkasnya ( Janna)