Koperasi, Jalan Pulang Menuju Ekonomi Pancasila

5 hours ago 2

KOPERASI - Pernahkah kita merenung sejenak, tentang seperti apa seharusnya wajah ekonomi Indonesia? Negeri ini dibangun di atas nilai-nilai luhur Pancasila, yang bukan sekadar semboyan, tapi panduan hidup bangsa — termasuk dalam urusan ekonomi. Di tengah riuhnya sistem kapitalisme global, ada satu bentuk usaha yang justru tumbuh dari akar rumput, membawa semangat kebersamaan dan keadilan: koperasi.

Koperasi bukanlah barang baru. Ia telah lama hadir di tengah masyarakat Indonesia. Tapi mungkin kita seringkali melupakannya, atau menganggapnya ketinggalan zaman. Padahal, kalau kita tengok lebih dalam, koperasi sesungguhnya adalah model usaha yang sangat sesuai dengan cita-cita ekonomi Pancasila — ekonomi yang berbasis dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Bayangkan ini: sebuah usaha di mana setiap anggotanya punya suara yang sama, tidak peduli berapa banyak uang yang mereka punya. Semua keputusan diambil bersama, bukan berdasarkan kekuasaan modal. Itulah koperasi. Di sinilah nilai keadilan sosial benar-benar hidup. Tidak ada yang terlalu kaya hingga bisa mengatur segalanya, dan tidak ada pula yang terlalu kecil hingga tak dianggap.

Nilai-nilai seperti ini tentu tak asing. Bukankah itu inti dari sila kelima Pancasila: "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"?

Lebih dari itu, koperasi juga membawa semangat demokrasi ekonomi. Setiap anggotanya adalah pemilik sekaligus pengelola. Mereka bermusyawarah, berdiskusi, lalu mengambil keputusan bersama. Di sinilah sila keempat — "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan" — benar-benar diterapkan, bukan hanya di ruang politik, tetapi juga dalam urusan ekonomi sehari-hari.

Dan apa yang membuat koperasi begitu istimewa adalah kenyataan bahwa ia tumbuh dari komunitas. Di desa-desa, koperasi simpan pinjam menjadi tempat ibu-ibu mengandalkan modal usaha kecil. Di kota, koperasi karyawan menjadi solusi ekonomi yang adil di tengah biaya hidup yang kian menekan. Ketika krisis datang, koperasi seringkali lebih tahan dibanding perusahaan besar. Kenapa? Karena kekuatannya ada pada kebersamaan, bukan spekulasi pasar.

Koperasi juga tidak menuntut modal besar atau latar belakang elite. Ia membuka ruang untuk siapa saja: petani kecil, nelayan, pedagang pasar, hingga buruh pabrik. Di sinilah nilai persatuan dan kebersamaan benar-benar terasa. Koperasi menyatukan keberagaman dalam satu tujuan: kesejahteraan bersama.

Jadi ketika kita bertanya, “Apa bentuk ekonomi yang paling sesuai dengan Pancasila?” — jawabannya sebenarnya sudah lama ada di depan mata. Koperasi bukan sekadar alat bisnis. Ia adalah bentuk nyata dari cita-cita bangsa: keadilan, demokrasi, persatuan, dan kemanusiaan dalam satu tarikan napas.

Kini, tugas kita adalah menghidupkannya kembali. Bukan dengan seremoni, tapi dengan keberpihakan nyata: dukungan kebijakan, pendidikan koperasi sejak dini, dan kesadaran kolektif bahwa ekonomi terbaik adalah ekonomi yang tidak meninggalkan siapa pun di belakang.

Koperasi adalah jalan pulang bagi ekonomi kita — jalan yang membawa kita kembali pada akar, pada rakyat, dan pada semangat Pancasila yang sesungguhnya.

Jakarta, 14 Mei 2025
Dr. Ir. Hendri, ST., MT
Akademisi dan Praktisi Koperasi

Read Entire Article
Karya | Politics | | |