Menata Masa Depan Desa dan Kelurahan, Herman Djide: Dari Perencanaan Visioner Menuju Kemandirian Nyata

6 hours ago 3

PANGKEP SULSEL - Membangun desa dan kelurahan hari ini bukan lagi sekadar menyusun daftar keinginan atau menumpuk proyek infrastruktur tanpa arah. Desa Indonesia kini berada di titik perubahan besar: dari penerima program menjadi motor pembangunan yang mandiri, kreatif, dan berbasis potensi lokal. Perencanaan yang matang, seperti melalui penyusunan program jangka pendek, menengah, dan panjang, adalah fondasi utama untuk memastikan desa berjalan pada jalur kemajuan yang jelas, terukur, dan berkelanjutan.

Musrenbangdes dan penyusunan program pembangunan bukan administrasi biasa. Di dalamnya terkandung strategi masa depan, cara pandang terhadap potensi desa, dan keputusan yang menentukan kualitas hidup warga. Saat desa mampu memetakan potensi SDA, SDM, dan tantangan secara objektif, maka perencanaan yang lahir bukan hanya responsif, tetapi visioner: menghadirkan masa depan yang dibangun dari kesadaran dan kemampuan lokal.

Fase jangka pendek adalah momentum menciptakan pondasi cepat dan nyata. Ini waktu untuk memperkuat layanan dasar, membangun data desa yang akurat, dan membuktikan kepada warga bahwa pemerintah desa hadir untuk mereka. Gerakan bersih desa dan kelurahan, pos layanan digital, bantuan bibit dan pelatihan UMKM, hingga perbaikan fasilitas dasar menjadi simbol bahwa perubahan dimulai dari langkah-langkah kecil namun berdampak langsung.

Jangka menengah adalah tahap penguatan ekosistem ekonomi dan sosial. Desa tidak cukup hanya memberi stimulus, tetapi harus menciptakan mekanisme ekonomi yang hidup: kawasan pertanian terpadu, pelatihan vokasi, pemberdayaan perempuan, hingga penguatan BUMDes. Pada tahap ini, desa dan kelurahan mulai bergeser dari pola konsumtif menjadi produktif, dan dari bantuan menjadi inovasi.

Dalam jangka panjang, desa dan kelurahan harus bertransformasi menjadi entitas ekonomi yang mandiri, modern, dan berdaya saing. Konsep agropolitan, industri mikro, pusat inovasi UMKM, hingga penerapan smart village bukan lagi mimpi, melainkan cita-cita realistis ketika perencanaan dijalankan dengan konsisten. Desa  dan kelurahan yang kuat bukan hanya memiliki jalan yang mulus, tetapi juga ilmu, teknologi, jaringan pasar, serta kemandirian fiskal.

Di balik semua itu, prinsip partisipasi warga adalah nyawa pembangunan desa dan kelurahan Transparansi, musyawarah, dan pelibatan semua elemen—terutama pemuda dan perempuan—menciptakan rasa memiliki yang kuat. Desa bukan hanya tempat tinggal, tetapi ruang perjuangan bersama. Tanpa partisipasi, program besar sekalipun hanya menjadi dokumen tanpa ruh dan arah.

Selain itu, pembangunan desa dan kelurahan modern harus data-driven. Data kemiskinan, potensi ekonomi, hingga keberlanjutan lingkungan menjadi dasar perencanaan, bukan asumsi. Desa dan kelurahan yang hebat bukan yang banyak bangunan, tetapi yang mampu menjaga sungai, rawa, kebun, budaya, dan generasinya. Pembangunan fisik penting, tetapi keberlanjutan ekologis jauh lebih penting.

Kemitraan juga memegang peranan strategis. Desa dan kelurahan membutuhkan jejaring: perguruan tinggi, CSR perusahaan, komunitas kreatif, hingga pemerintah daerah. Dunia hari ini adalah dunia kolaborasi, dan desa dan kelurahan yang cerdas tidak berjalan sendiri. Ia merangkul, belajar, dan mengembangkan kapasitas dengan dukungan pihak lain tanpa kehilangan jati dirinya.

Pada akhirnya, desa dan kelurahan adalah wajah sejati Indonesia. Ketika desa dan kelurahan direncanakan dengan visi, dikerjakan dengan gotong royong, dan diarahkan menuju kemandirian ekonomi, maka masa depan bangsa ikut terangkat. Desa dan kelurahan kuat, negara hebat. Dari perencanaan yang sistematis dan berbasis potensi lokal, lahir desa yang mandiri, berdaya, dan menjemput masa depannya dengan percaya diri.

Pangkep 1 Nopember 2025

Herman Djide 

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan 

Read Entire Article
Karya | Politics | | |