PANGKEP SULSEL - Tambak adalah salah satu penopang penting bagi ketahanan pangan dan ekonomi masyarakat pesisir. Namun, kenyataannya banyak tambak yang justru kurang produktif, hasilnya tidak sebanding dengan biaya dan tenaga yang dikeluarkan. Kondisi ini bukan sekadar masalah teknis, tetapi juga tantangan manajemen dan keberlanjutan ekosistem.
Salah satu penyebab utama tambak kurang produktif adalah kualitas air yang tidak terjaga. Air tambak yang terlalu asam, minim oksigen, atau tercemar limbah membuat ikan dan udang sulit tumbuh optimal. Ditambah lagi, sirkulasi yang buruk membuat racun seperti amonia dan H₂S menumpuk di dasar tambak.
Faktor lain yang sering diabaikan adalah kondisi tanah tambak. Banyak petambak tidak menyadari bahwa tanah tambak yang masam dapat menjadi sumber racun yang berbahaya. Tanpa pengeringan dan pengapuran yang tepat, tambak justru berubah menjadi lahan yang merugikan.
Manajemen pakan juga menjadi kunci produktivitas. Pemberian pakan berlebih memang terlihat memberi jaminan pertumbuhan, tetapi justru sebaliknya: pakan yang menumpuk akan menjadi racun bagi ekosistem tambak. Di sisi lain, pakan dengan kualitas rendah membuat pertumbuhan lambat dan tidak efisien.
Kepadatan tebar yang terlalu tinggi semakin memperparah keadaan. Benih yang ditebar melebihi kapasitas tambak membuat ikan atau udang mudah stres, saling berebut oksigen, dan akhirnya rentan terserang penyakit. Inilah yang kerap menjadi penyebab kerugian besar.
Namun, masalah produktivitas tambak bukan berarti tanpa solusi. Perbaikan kualitas air dengan penggunaan aerator, zeolit, dan probiotik terbukti mampu menghidupkan kembali ekosistem tambak. Begitu pula dengan pengelolaan tanah melalui pengeringan, pengapuran, serta pemupukan organik yang mendukung pertumbuhan plankton alami.
Pengelolaan pakan yang lebih bijak juga harus ditegakkan. Pakan berkualitas yang diberikan dengan dosis tepat akan mengurangi limbah dan meningkatkan efisiensi. Sistem bioflok atau semi-intensif bahkan mampu mengubah sisa pakan menjadi nutrisi tambahan, sehingga biaya produksi lebih hemat.
Selain itu, dukungan teknologi sederhana seperti kincir air, saluran pemasukan dan pembuangan yang terpisah, serta pemantauan rutin kualitas air dapat mencegah kegagalan budidaya. Kombinasi teknologi dan kearifan lokal seperti penggunaan herbal anti-penyakit bisa menjadi solusi berkelanjutan.
Akhirnya, produktivitas tambak tidak hanya bergantung pada satu faktor, melainkan sinergi antara manusia, lingkungan, dan teknologi. Jika petambak mampu mengelola tambaknya dengan prinsip keberlanjutan, maka hasil yang melimpah bukan hanya mimpi. Saatnya tambak menjadi sumber kesejahteraan, bukan sekadar lahan percobaan.
Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan tambak kurang produktif, baik tambak udang, ikan, maupun bandeng. Umumnya, penyebabnya saling berkaitan antara kualitas air, tanah, pakan, dan manajemen budidaya. Berikut penjelasan dan solusinya:
Penyebab Tambak Kurang Produktif
1. Kualitas Air Buruk
pH terlalu asam atau terlalu basa. Salinitas tidak stabil. Oksigen terlarut rendah. Air keruh, berbau, atau banyak endapan.
2. Tanah Tambak Bermasalah
Tanah terlalu asam (pH rendah, banyak kandungan sulfat). Adanya racun seperti H₂S, Fe, atau NH₃ dari lumpur dasar.
3. Manajemen Pakan Kurang Tepat
Pemberian pakan berlebihan → menumpuk jadi racun. Pakan berkualitas rendah → tidak diserap optimal.
4. Kepadatan Tebar Terlalu Tinggi
Ikan/udang kekurangan ruang gerak. Mudah stres dan terserang penyakit.
5. Serangan Penyakit dan Hama
Virus, bakteri, jamur, atau parasit. Predator seperti burung, kepiting, dan ular.
6. Sirkulasi Air Kurang Baik
Tidak ada aerasi atau kincir. Air tambak stagnan → menumpuk limbah.
7. Kurangnya Pemupukan Awal
Plankton (makanan alami) tidak tumbuh → ikan/udang bergantung pada pakan buatan.
Solusi Meningkatkan Produktivitas Tambak
1. Perbaikan Kualitas Air
Atur pH 7, 5–8, 5, salinitas sesuai komoditas. Gunakan kapur dolomit/zeolit untuk menetralkan pH dan mengikat racun. Tambahkan aerator/kincir untuk oksigen.
2. Pengelolaan Tanah Tambak
Keringkan tambak sebelum ditebar. Olah dasar tambak → buang lumpur hitam. Tabur kapur dolomit/kaptan untuk meningkatkan pH.
3. Pakan Berkualitas & Efisien
Gunakan pakan dengan protein sesuai kebutuhan. Terapkan sistem feeding tray → hindari pakan terbuang. Bisa kombinasikan dengan pakan alami (plankton, cacing, dedaunan).
4. Pengaturan Padat Tebar
Sesuaikan jumlah benih dengan luas tambak. Misal: bandeng 5.000–10.000 ekor/ha, udang vaname intensif bisa 100–150 ekor/m⊃2; (dengan aerasi cukup).
5. Pengendalian Hama & Penyakit
Gunakan probiotik atau herbal (ekstrak bawang putih, daun pepaya, dsb). Pasang jaring di atas tambak untuk mengurangi predator.
6. Perbaikan Sirkulasi
Buat saluran pemasukan & pembuangan terpisah. Rutin ganti air (10–30% per minggu).
7. Pemupukan Organik
Gunakan pupuk kandang yang difermentasi, pupuk hijau, atau pupuk cair organik. Merangsang pertumbuhan plankton sebagai pakan alami, Kalau mau hasil tambak lebih cepat produktif, biasanya petambak sekarang mengombinasikan: Probiotik + zeolit + pupuk cair organik → menjaga kualitas air. Kincir air → mencegah kematian massal. Bioflok atau sistem semi-intensif → efisiensi pakan
Pangkep 28 September 2025
Herman Djide
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan