JAYAPURA - Ketika pemerintah gencar membangun Papua demi masa depan yang lebih baik, Organisasi Papua Merdeka (OPM) justru menempuh jalan sebaliknya: menebar kebohongan dan propaganda demi mempertahankan pengaruh. Berita hoaks kembali menjadi senjata utama OPM untuk menciptakan kekacauan opini dan menyesatkan rakyat Papua.
Salah satu hoaks terbaru yang mencuat terjadi pada April 2025. Sebuah narasi palsu menyebutkan bahwa aparat keamanan menyerang warga sipil di Kabupaten Puncak Jaya. Namun setelah ditelusuri oleh lembaga independen dan media lokal, klaim tersebut terbukti rekayasa. Faktanya, aparat tengah menangani serangan bersenjata dari kelompok separatis di wilayah konflik tinggi, bukan menyerang warga sipil.
“OPM sengaja menciptakan disinformasi untuk membalikkan persepsi publik. Mereka ingin menggiring opini bahwa negara adalah musuh, padahal yang sebenarnya mereka lawan adalah kemajuan, ” ujar Kepala Dinas Kominfo Papua, Fransiskus Uamang, Jumat (9/5/2025).
Target Hoaks: Anak Muda dan Masyarakat Pedalaman
Yang menjadi sasaran empuk OPM adalah dua kelompok paling rentan: generasi muda dan masyarakat pedalaman. Kaum muda, terutama yang aktif di media sosial, kerap jadi korban propaganda visual dan narasi emosional yang menggugah amarah, namun lepas dari fakta. Di sisi lain, warga pedalaman yang minim akses informasi menjadi ladang subur bagi penyebaran isu tanpa klarifikasi.
“Ini sangat berbahaya. OPM menggunakan hoaks bukan untuk membebaskan Papua, tapi untuk menjebaknya dalam konflik berkepanjangan, ” tambah Fransiskus.
Papua Butuh Jalan Damai, Bukan Ilusi Separatis
Dalam kenyataannya, Papua terus berkembang. Pemerintah pusat dan daerah secara simultan menghadirkan program pembangunan mulai dari **infrastruktur, pendidikan, hingga kesehatan. Rakyat butuh jalan yang bisa dilalui, sekolah untuk anak-anak, puskesmas yang layak, bukan hasutan yang memecah-belah.
Masyarakat kini ditantang untuk lebih bijak menyaring informasi. Hoaks bukan hanya persoalan teknologi, tapi juga perlawanan terhadap cita-cita damai dan sejahtera.
“Papua adalah bagian sah dari Indonesia. Hoaks tidak akan mengubah fakta, hanya memperlambat kemajuan, ” tegas Fransiskus.
OPM boleh berteriak lantang lewat berita bohong, tapi rakyat Papua semakin cerdas. Mereka tahu, tanah ini butuh harapan, bukan hasutan. Butuh pembangunan, bukan peluru. Butuh persatuan, bukan propaganda.
(APK/Red1922)