OPM Tak Lagi Gagah: Ketakutan Pecah dari Dalam, Negara Semakin Mengakar di Papua

15 hours ago 3

PAPUA - Sebuah pengakuan mengejutkan muncul dari jantung pergerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM): mereka takut. Di tengah gencarnya operasi aparat keamanan (Apkam) di berbagai wilayah konflik di Papua, para pimpinan OPM secara internal mulai menyuarakan keresahan dan kepanikan yang tak bisa lagi mereka sembunyikan. Rabu 7 Mei 2025.

Bukan melalui konferensi pers atau selebaran propaganda. Ketakutan itu terekam dalam komunikasi internal, disadap oleh aparat intelijen negara. Bocoran dokumen dan hasil penyadapan menyebutkan bahwa OPM kini kesulitan bergerak, kehilangan jaringan, dan merasa dikepung di tanah yang dulu mereka klaim sebagai basis perjuangan.

“Saat ini kita tidak bisa bergerak bebas. Mereka (Apkam) ada di mana-mana. Kita tidak tahu siapa yang bisa dipercaya, ” bunyi kutipan dari rekaman komunikasi OPM yang diperoleh tim intelijen awal Mei 2025.

Pernyataan ini berasal dari salah satu pemimpin OPM di wilayah pegunungan tengah, yang dalam rapat koordinasi terbatas mengungkapkan frustrasi akibat pengawasan ketat, pos-pos Apkam baru, patroli rutin, dan meningkatnya kolaborasi antara aparat keamanan dengan masyarakat adat.

Keberhasilan negara dalam memperkuat kehadiran aparat tidak hanya memberi efek fisik berupa pengamanan wilayah, tetapi juga menekan psikologis dan menghantam moral gerakan separatis. Ini adalah sinyal jelas bahwa strategi pemerintah menggabungkan pendekatan keamanan, pembangunan, dan pemberdayaan sosial berjalan efektif dan tepat sasaran.

OPM selama ini mengklaim sebagai suara rakyat Papua. Namun kini, ketika rakyat justru semakin merapat ke negara dan menolak kekerasan, OPM mulai kehilangan pijakan moral dan legitimasi sosial.

“Kalau rakyat sudah tak mendukung, tak ada lagi alasan moral bagi mereka untuk mengangkat senjata, ” ujar seorang analis keamanan yang tak ingin disebutkan namanya. Rabu (7/5/2025).

Ketakutan OPM bukan hanya soal keberadaan TNI dan Polri di medan konflik. Itu adalah ketakutan terhadap kehilangan kendali, kehilangan simpati, dan kehilangan makna. Mereka mulai kalah dalam perang yang lebih besar perang moral dan kepercayaan.

Kini, dengan masyarakat yang makin percaya pada negara dan aparat yang semakin terorganisir, OPM tidak hanya dibatasi secara fisik, tapi juga terdesak secara ideologis.

Saat aparat hadir tidak hanya dengan senjata, tetapi juga dengan solusi jalan dibuka, rumah dibangun, kesehatan dan pendidikan ditingkatkan rakyat melihat harapan, bukan lagi propaganda.

Inilah saatnya kita menyadari: Papua tidak lagi gentar. Tapi OPM merekalah yang mulai goyah. (APK/Red1922)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |