LANNY JAYA - Di tengah dinginnya pegunungan Papua, sebuah gubuk beratap terpal di Kampung Wamitu, Distrik Goa Balim, Kabupaten Lanny Jaya, Papua Pegunungan kini tak lagi sunyi. Ia telah bertransformasi menjadi mercusuar harapan, ruang belajar darurat yang dirintis oleh prajurit Satgas Yonif 408/Sbh. Kehadiran mereka bukan hanya untuk menjaga keamanan, namun juga untuk mengisi kekosongan pendidikan yang telah lama merundung anak-anak Wamitu. Rabu (10/12/2025).
Sekolah formal di kampung ini telah lama terbengkalai. Kepergian guru dan ketiadaan aktivitas belajar menciptakan ruang hampa yang menumpulkan mimpi. Namun, para prajurit yang datang dengan misi berbeda ini justru menjadi pahlawan baru, mengambil peran sebagai pendidik yang sabar dan penuh kasih.
Meja dari papan bekas, bangku dari balok kayu, serta tataan buku yang rapi, dihiasi kibaran Merah Putih, menjadi saksi bisu perjuangan menghidupkan kembali hak fundamental anak-anak Wamitu atas pendidikan. Raut wajah ceria anak-anak yang duduk rapi dalam seragam sekolah baru memancarkan antusiasme, seolah hari itu adalah gerbang menuju masa depan yang lebih cerah.
Meskipun bukan guru profesional, para prajurit yang mengenakan helm dan rompi tempur ini mengajar dengan ketulusan yang luar biasa. Setiap huruf, setiap angka yang mereka ajarkan, adalah bukti nyata bahwa pendidikan adalah hak yang tak boleh terampas, bahkan di lokasi terpencil sekalipun.
Kapten Inf Indra, Danpos Wamitu, menegaskan pentingnya inisiatif ini. Baginya, kelas darurat ini lebih dari sekadar solusi sementara; ini adalah janji TNI untuk masa depan generasi Papua.
“Inilah wujud nyata kepedulian TNI. Kami tidak ingin anak-anak Wamitu kehilangan kesempatan untuk belajar hanya karena sekolah tidak berjalan. Selama kami bertugas di sini, mereka akan tetap punya ruang untuk menimba ilmu. Anak-anak inilah masa depan tanah ini, dan kami akan menjaga harapan itu tetap menyala, ” kata Kapten Inf Indra.
Semangat yang diperlihatkan anak-anak Wamitu sungguh mengharukan. Seorang siswa mengungkapkan keinginannya untuk bisa membaca seperti prajurit yang mengajarinya, sementara siswa lain bermimpi menjadi guru agar bisa meneruskan estafet ilmu kepada adik-adiknya. Senyum dan cita-cita mereka adalah bukti bahwa Satgas telah berhasil menyalakan kembali api harapan yang hampir padam.
Kelas kecil beratap terpal ini mungkin tak akan tercatat dalam buku sejarah besar, namun bagi masyarakat Wamitu, ia adalah simbol kuat hadirnya negara yang tanpa syarat – melindungi, menyemangati, dan memastikan pendidikan terus berdenyut, bahkan di garis terdepan perbatasan negeri.












































