Persembahan Natal Nasional 2025 Untuk Palestina, Maruarar Sirait Terkesan 'Angkat Telor' **IGoWa: Solidaritas Untuk Palestina, Tapi Masyarakat 3 T Terabaikan**

3 weeks ago 19

Jakarta - Pernyataan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait terkait hasil Persembahan Perayaan Natal Nasional 2025 yang rencananya akan disumbangkan ke Palestina, akhirnya memicu beragam reaksi dari kalangan masyarakat.

Menurut masyarakat, Maruarar yang ditunjuk sebagai Ketua Umum (Ketum) Panitia Perayaan Natal Nasional 2025 terkesan pencitraan dan minta dipuji alias 'Angkat Telor'.

Sementara, Peneliti Indonesia Government Watch (IGoWa) Brian Samosir, inisiatif pemerintah mengedepankan kemanusiaan untuk membantu Palestina merupakan kepedulian dalam konteks global atau lintas negara.

"Kita menyambut baik rencana itu. Karena suatu wujud nyata kepedulian pemerintah terhadap rakyat Palestina dan wajib kita dukung. Namun disatu sisi, kepedulian pemerintah itu sangatlah timpang, " ujarnya.

Ia menilai, inisiatif masuk pada konteks konteks global dan solidaritas lintas negara. Perspektif kritis solidaritas global yang mengemuka harusnya berjalan dengan seimbang.

"Dimana tanggung jawab negara terhadap rakyatnya sendiri, terkhusus masyarakat Kristen yang hidup dalam keterbatasan ekstrem. Contohnya di Papua sana, " sebutnya.

Brian juga menyebutkan, jika sejak dulu Indonesia termasuk negara yang secara konsisten selalu memberi dukungan terhadap Palestina.

“Buktinya  pada Februari lalu dalam sebuah kampanye. Kemlu hadir sebagai fasilitator penggalangan dana sebanyak USD 200 juta atau sekitar Rp 3, 2 triliun untuk membantu Palestina, ” pungkas Brian.

Bahkan pada bulan Juli, sambung ya lagi, Pemerintah Indonesia telah menyalurkan bantuan 10.000 ton beras ke Palestina sesuai arahan Presiden Prabowo.

“Dan yang terbaru, Agustus lalu bertepatan dengan HUT RI, Indonesia melalui misi airdrop mengirim bantuan kemanusiaan ke Gaza total 17, 8 ton meliputi kebutuhan pokok, makanan siap saji, perlengkapan kesehatan dan selimut, " bebernya.

Ditegaskannya, hal tersebut merupakan contoh nyata dukungan yang secara konsisten dilakukan Indonesia bagi Palestina. Tidak adanya pro kontra karena demi kemanusiaan.

"Sekaligus menunjukkan komitmen nyata pemerintah, yang tidak hanya secara politik tetapi juga melalui aksi kemanusiaan yang berkelanjutan, ” tambah Brian.

Namun hal yang dipertanyakan saat ini, mengapa di momen Natal ini. Perhatian dan bantuan tidak difokuskan ke dalam negeri, khususnya kepada masyarakat Kristen yang tersebar di wilayah 3T.

Harusnya, kata Brian lagi, fokus bantuan dapat diarahkan ke seluruh daerah yang masih berjuang mengejar ketertinggalan.

“Sebab Populasi Kristen sangat signifikan di Provinsi Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara—wilayah yang masuk kategori 3T (terdepan, terluar, tertinggal), " rincinya.

Dari Data BPS mencatat angka kemiskinan tinggi ada di wilayah tersebut. Seperti Papua secara keseluruhan 19, 16%, Papua Pegunungan 30, 03%, Maluku 15, 38%, dan Nusa Tenggara Timur (NTT) 19, 02%, jauh di atas rata-rata nasional 9, 36%.”

Tidak hanya kemiskinan, keterbatasan fasilitas pendidikan, akses kesehatan, dan infrastruktur sosial masih dirasakan ribuan keluarga.

“Jika semangat Natal adalah berbagi kasih dan memperjuangkan kehidupan yang lebih adil, maka kita harus jujur melihat fakta bahwa saudara-saudara kita di dalam negeri masih bergulat dengan pergumulan yang sangat berat, ” ungkap Brian.

Dalam perspektif iman kekristenan, Peneliti IGoWa ini mengutip nats Alkitab, Galatia 6:10: “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”

Ayat tersebut, menurut Brian, prioritas bantuan moral harus dimulai dari orang yang paling dekat sebelum memperluas jangkauan keluar.

“Solidaritas untuk Palestina tetap penting, tetapi efektivitas bantuan harus ditimbang dengan benar. Jangan sampai kepekaan global membuat kita buta terhadap kesulitan domestik. Natal harus menjadi panggilan untuk menata ulang prioritas dengan lebih adil.

(Anita Theresia Manua)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |