Prof. Mia Amiati: Nasi Lengko, Makanan Nikmat & Sederhana Khas Cirebon

4 days ago 7

Jakarta - Nasi lengko dengan nama asli Sega Lengko adalah makanan yang berasal dari Cirebon dan menyebar ke beberapa daerah di pantai utara pulau Jawa, seperti: Indramayu, Subang, Majalengka, Kuningan, Bekasi hingga Brebes dan Tegal, namun Nasi Lengko saat ini telah menyebar ke berbagai daerah lewat pedagang asal Cirebon ke daerah lain di Indonesia. Dengan demikian, Makanan Nasi Lengko termasuk ke dalam Makanan Tradisional, yang telah menyebar ke beberapa daerah di seluruh Nusantara.

Sega lengko atau nasi lengko adalah makanan sederhana yang berasal dari daerah Cirebon, Jawa Barat. Makanan ini terdiri dari nasi, potongan tempe, potongan tahu, tauge, mentimun dan daun seledri. Semua bahan tersebut kemudian disiram dengan bumbu kuah asam manis pedas yang pas di lidah dan juga dilengkapi dengan bawang goreng sebagai topingnya.

Nasi lengko sangat digemari karena harganya yang murah dan rasanya juga enak. Selain itu, makanan ini juga bisa menjadi opsi makanan untuk para vegetarian karena semua bahannya menggunakan sumber nabati.

Sejarah Nasi Lengko

Menurut sejarahnya, nasi lengko ini pertama kali muncul pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Pada masa itu kondisi perekonomian rakyat Indonesia tidak begitu bagus. Mereka harus bisa menyiasati keuangan mereka agar tetap bisa bertahan hidup. Dalam sejarahnya, nasi lengko berasal dari kata ‘langka’ yang bermakna tidak ada atau jarang. Pasca kemerdekaan, masyarakat Cirebon sempat mengalami kesusahan pangan. Sebagian warga berinisiatif membuat makanan yang lauknya sedikit untuk menghemat namun tetap bernilai sehat. Maka lahirlah nasi lengko.

Salah satu cara yang dilakukan masyarakat Cirebon pada waktu itu adalah dengan mengkonsumsi nasi yang dicampur lauk seadanya. Lauk yang digunakannya ini diambil dari bahan-bahan yang murah dan mudah didapat seperti tahu, tempe, tauge, mentimun, dan kecap manis.

Meskipun dibuat dari bahan-bahan yang sederhana, namun nasi lengko ini rasanya cukup enak dan juga memiliki kandungan gizi yang bagus. Maka dari itu meskipun kondisi ekonomi sudah membaik, orang-orang masih tetap mengkonsumsinya hingga saat ini dan saat ini, nasi lengko dapat ditemui di wilayah pantura seperti Indramayu, Brebes, Tegal hingga Pemalang. Tapi tentu saja nasi lengko khas berasal dari daerah pencetusnya.

Kenapa Disebut Nasi Lengko?

Penamaan nasi lengko ini sangat berkaitan erat dengan sejarahnya. Istilah “lengko” ini diambil dari kata “langka” yang berarti jarang atau sedikit. Istilah ini merujuk kepada jumlah lauk yang digunakan di nasi lengko yang sangat sedikit karena kesulitan ekonomi pada masa itu. Namun, ada  juga yang mengatakan jika kata “lengko” di sini merujuk pada kata “lekoh” yang berarti kental dan kaya rasa. Hal ini merujuk kepada bumbu saus yang disiramkan Ketika lengko siap disiramkan pada nasi lengko yang memang cukup kental apalagi jika sudah dicampur dan diaduk dengan nasi dan lauknya.

Namun  ada juga yang mengatakan jika “lengko” adalah singkatan dari “lengkap dan ekonomis”. Dari semua teori tersebut, rasanya lebih masuk akal cerita yang pertama karena berkaitan erat dengan sejarahnya di mana lengko ini dibuat pada saat Indonesia dilanda kesulitan ekonomi.

Apa Saja Varian Nasi Lengko

Meskipun pada awalnya menjadi hidangan yang sederhana dan murah meriah, namun seiring berjalannya waktu, nasi lengko mulai mendapatkan banyak perkembangan. Hal ini tidak lepas dari semakin populernya nasi lengko sehingga semakin menjangkau banyak wilayah dan orang-orang yang mengkonsumsinya.

Para pedagang nasi lengko biasanya menjajakan dagangannya di bahu jalan dengan membuka tenda atau warung kecil. Tak sedikit yang memilih membuka menjadi restoran besar.

Saat ini sangat lazim sekali menemukan penjual nasi lengko yang menawarkan tambahan lauk disamping lauk yang sudah ada. Lauk tambahan yang paling populer di antaranya adalah telur dadar, telur ceplok, telur asin, sate ayam, dan sate kambing.

Selain itu, penyajian nasi lengko di beberapa wilayah juga mengalami sedikit modifikasi. Di Indramayu misalnya, nasi lengko disajikan tanpa menggunakan daun seledri. Di Brebes dan Tegal, nasi lengko disajikan dengan kerupuk mie, bukan dengan kerupuk aci putih. Sedangkan di Majalengka, ada beberapa penjual nasi lengko yang mengganti nasinya dengan lontong.

Penjual Nasi Lengko Terkenal

Jika kita sedang berada di Cirebon. sangat mudah sekali untuk menemukan penjual nasi lengko. Beberapa penjual nasi lengko yang cukup populer di Cirebon di antaranya adalah Nasi Lengko H. Barno, Nasi Lengko Bahagia, dan Nasi Lengko HM Sadi.

Salah satu alasan nasi lengko terkenal, karena lauk pauknya yang menyehatkan dan tidak menyebabkan kolesterol.

Apa Makna Filosofis Nasi Lengko?

Nasi lengko memiliki makna filosofis yang mendalam, terutama dalam konteks budaya Cirebon. Berikut beberapa makna filosofis yang terkandung dalam nasi lengko:

  • Kesederhanaan dan Keseimbangan : Nasi lengko merupakan simbol kesederhanaan dan keseimbangan dalam hidup. Hidangan ini terdiri dari nasi putih, tahu, tempe, tauge, dan mentimun, yang disiram dengan bumbu kacang dan kecap manis. Kesederhanaan ini mencerminkan nilai-nilai kesederhanaan dan keseimbangan dalam hidup.
  • Kekayaan Rasa dan Nilai Gizi : Nasi lengko juga merupakan simbol kekayaan rasa dan nilai gizi. Hidangan ini kaya akan serat, rendah lemak, dan kaya protein nabati dari tempe dan tahu. Kekayaan rasa dan nilai gizi ini mencerminkan pentingnya menjaga kesehatan dalam  mengkonsumsi makanan.
  • Kebersamaan dan Komunitas : Nasi lengko juga merupakan simbol kebersamaan dan komunitas. Hidangan ini sering disajikan dalam acara-acara sosial dan keagamaan, dan menjadi simbol kebersamaan dan komunitas dalam masyarakat Cirebon.
  • Sejarah dan Warisan Budaya : Nasi lengko juga merupakan simbol sejarah dan warisan budaya Cirebon. Hidangan ini telah menjadi bagian dari budaya Cirebon selama berabad-abad, dan menjadi simbol kebanggaan dan identitas masyarakat Cirebon.

Memaknai dan mengenal Nasi Lengko secara keseluruhan, merupakan hidangan yang kaya akan makna filosofis, dan menjadi simbol kesederhanaan, keseimbangan, kekayaan rasa, nilai gizi, kebersamaan, komunitas, sejarah, dan warisan budaya Cirebon.@Red. 

Oleh: Prof. (HCUA) Dr. Mia Amiati, S.H., M.H., CMA., CSSL.

Read Entire Article
Karya | Politics | | |