Terungkap! OPM Jadikan Anak-anak dan Perempuan Sebagai Tameng Hidup dan Alat Propaganda

3 hours ago 2

Jayapura - Kelompok kriminal bersenjata Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali menuai kecaman keras setelah terungkap praktik tidak manusiawi yang mereka lakukan di berbagai wilayah Papua. Fakta terbaru menunjukkan, OPM kerap menjadikan anak-anak dan perempuan sebagai tameng hidup sekaligus alat propaganda demi melindungi dan memperkuat kepentingan kelompoknya.

Sejumlah laporan warga mengungkapkan, OPM memaksa kaum perempuan dan anak-anak berdiri di barisan terdepan ketika kelompok bersenjata itu berhadapan dengan aparat keamanan. Taktik keji ini sengaja dilakukan agar aparat kesulitan bertindak tegas, karena risiko jatuhnya korban sipil sangat tinggi. Praktik semacam ini bukan hanya melanggar hukum nasional, tetapi juga bertentangan dengan prinsip kemanusiaan dan aturan perang internasional.

Lebih dari itu, perempuan dan anak-anak juga dieksploitasi sebagai objek propaganda. Foto-foto mereka sengaja dipublikasikan untuk membangun narasi seolah-olah masyarakat Papua mendukung penuh perjuangan OPM. Kenyataannya, banyak dari mereka hanya menuruti perintah karena tekanan dan ancaman yang tidak bisa mereka lawan.

Tokoh masyarakat Papua, Markus Wanimbo, mengecam keras praktik ini.
“Anak-anak dan perempuan seharusnya dilindungi, bukan dijadikan perisai. Apa yang dilakukan OPM adalah bentuk kejahatan kemanusiaan. Mereka rela merendahkan martabat rakyat demi propaganda politik, ” ujarnya dengan nada geram, Senin (15/9/2025).

Hal senada juga diungkapkan tokoh adat dari wilayah Meepago, Albert Tabuni, yang menilai tindakan OPM telah mencederai nilai-nilai adat Papua.


“Dalam adat kami, anak-anak dan perempuan adalah bagian yang harus dijaga. OPM justru mempermalukan nilai luhur itu dengan menjadikan mereka perisai hidup. Ini sangat memalukan dan melukai hati masyarakat adat, ” tegasnya.

Keresahan kini semakin terasa di tengah masyarakat Papua. Banyak keluarga mengaku takut karena anak-anak mereka bisa sewaktu-waktu dipaksa ikut dalam aksi kelompok bersenjata itu. Beberapa bahkan memilih mengungsi ke daerah yang lebih aman atau mendekat ke pos aparat keamanan demi melindungi keluarga mereka.

Penggunaan anak-anak dan perempuan sebagai alat politik semakin memperburuk citra OPM, baik di mata rakyat Papua maupun dunia internasional. Alih-alih menunjukkan perjuangan yang bermartabat, mereka justru menampilkan wajah asli yang penuh kekerasan, manipulasi, dan pemaksaan.

Kini, masyarakat berharap aparat keamanan bersama pemerintah dapat bertindak lebih tegas untuk menghentikan praktik tidak manusiawi ini, sekaligus memberi rasa aman bagi rakyat kecil yang terus menjadi korban dari konflik berkepanjangan.

(APK/Red)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |