Bukittinggi — Sebanyak 22 Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas IIA Bukittinggi mengalami keracunan usai diduga mengonsumsi campuran alkohol 70 persen dengan minuman sachet dan batu es, Selasa (30/4) malam. Satu orang di antaranya meninggal dunia, dua dalam kondisi kritis, sementara lainnya masih menjalani perawatan intensif di RSAM Bukittinggi.
Kepala Lapas Bukittinggi, Herdianto, mengungkapkan bahwa alkohol yang dikonsumsi merupakan sisa bahan baku dari kegiatan kemandirian perseorangan berupa pembuatan parfum oleh petugas dan warga binaan.
“Di Lapas Bukittinggi ada kegiatan kemandirian, salah satunya pelatihan pembuatan parfum. Salah satu bahan bakunya adalah alkohol 70 persen, ” ujar Herdianto, Rabu (1/5).
Namun, menurutnya, sisa alkohol sekitar 200 ml itu diambil tanpa seizin petugas oleh salah satu WBP.
“Awalnya katanya untuk menghapus tato temannya. Tapi kemudian disalahgunakan, dicampur dengan minuman sachet, air, dan es batu, lalu diminum bersama-sama oleh sejumlah warga binaan, ” jelasnya.
Akibat konsumsi campuran berbahaya tersebut, para WBP mengalami gejala keracunan massal. Pihak Lapas segera membawa mereka ke RSUD dr. Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi.
Direktur RSAM Bukittinggi, dr. Busril, membenarkan bahwa pihaknya menerima 22 pasien dari Lapas sejak Rabu sore hingga malam hari.
“Kami menerima total 22 orang. Dua pasien dalam kondisi kritis dan kini dirawat di ruang ICU dengan bantuan ventilator. Sebanyak 11 orang dalam kategori kuning, artinya berpotensi memburuk, dan sisanya dalam keadaan stabil namun tetap kami pantau secara ketat, ” ungkap Busril.
Menanggapi kejadian ini, Herdianto menyebutkan bahwa pihaknya telah mengambil langkah-langkah cepat, termasuk melaporkan ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dan berkoordinasi dengan Polresta Bukittinggi.
“Kami juga telah menghubungi keluarga para WBP dan membentuk tim investigasi internal. Bila ada unsur kelalaian, baik dari petugas maupun lainnya, akan kami proses sesuai ketentuan yang berlaku, ” tegasnya.
Saat ini, pihak rumah sakit masih terus memantau perkembangan kondisi para korban, sementara Lapas Bukittinggi memperketat pengawasan terhadap barang dan bahan yang digunakan dalam program pembinaan warga binaan.
“Kami sangat menyesalkan peristiwa ini. Ini jadi pelajaran penting agar semua kegiatan di dalam lapas lebih ketat lagi dalam pengawasan dan penggunaan bahan-bahan tertentu, ” tutup Herdianto.(**).