PANGKEP SULSEL - Desa Pitu Sunggu Kecamatan Marang, Kabupaten Pangkep, kini mendapatkan sorotan berkat produk andalannya, abon ikan bandeng. Warga setempat memanfaatkan hasil panen dari tambak-tambak bandeng yang telah menjadi sumber penghidupan utama, lalu mengolahnya menjadi produk kuliner yang memiliki potensi pasar luas.
Kehadiran pabrik kecil abon bandeng ini berawal dari keinginan masyarakat untuk menambah nilai ekonomi ikan bandeng. Selama ini, bandeng hasil budidaya dijual dalam bentuk segar atau presto, namun margin keuntungan dirasa kurang optimal. Oleh karenanya, inovasi pengolahan menjadi abon menjadi langkah strategis.
Menurut Sekretaris Desa Pitusunggu, keberadaan tambak bandeng telah menopang perekonomian warga sejak puluhan tahun. “Kami memiliki ratusan kolam tambak yang dikelola secara mandiri oleh keluarga-keluarga petambak. sehingga muncul ide untuk mengolahnya menjadi abon, ” ujarnya ketika ditemui di kantor desa.
Proses pembuatan abon bandeng di Desa Pitusunggu melibatkan tahap seleksi ikan, perebusan, pemisahan duri, penaburan bumbu rempah, hingga penggorengan kering. Setiap tahap dijalankan dengan standar kebersihan memadai agar produk akhir aman dikonsumsi dan memiliki cita rasa khas gurih ikan bandeng.
Saat ini, ada dua varian yang diproduksi: abon bandeng dengan tulang halus dan abon tanpa tulang. Varian tanpa tulang banyak diminati konsumen yang menginginkan kepraktisan, sementara varian dengan tulang halus justru disukai pecinta tekstur gurih yang renyah.
Skala produksi rumahan ini menjangkau puluhan kilogram per minggu. Ibu-ibu PKK desa bergotong-royong membantu dari proses awal hingga pengemasan. Meski masih sederhana, tiap hari mereka mampu menghasilkan sekian kg abon bandeng siap edar.
Pemasaran menjadi tantangan utama. Produk abon bandeng Pitusunggu baru sampai ke Pasar Marang dan beberapa warung kelontong sekitar desa. Kepedulian akses ke pasar modern atau e-commerce masih minim, sehingga volume penjualan terbatasi.
Untuk mengatasi kendala tersebut, pemerintah desa tengah menjajaki kerja sama dengan dinas perdagangan kabupaten dan pelaku startup logistik. Rencana pelatihan digital marketing dan pendampingan packaging layak ekspor diharapkan membuka peluang lebih luas, khususnya bagi pasar kota-kota besar di Sulawesi Selatan.
Camat Marang Hj Hartati SE, MM, menyatakan komitmennya mendukung penuh usaha ini. “Kami akan fasilitasi pelatihan, sertifikasi P-IRT, dan perizinan lain agar produk abon bandeng Pitusunggu memenuhi standar mutu dan dapat bersaing di tingkat provinsi bahkan nasional, ” ujarnya.
Dampak ekonomi sudah mulai terasa. Pendapatan keluarga petambak bertambah berkat pemasukan dari pengolahan bandeng menjadi abon. Anak-anak muda desa pun mulai tertarik berwirausaha, tidak sekadar bekerja di tambak, melainkan mempelajari teknik produksi pangan.
Ke depan, warga Desa Pitusunggu berencana menambah varian rasa—seperti abon pedas Pangkep atau abon manis khas Pangkep—untuk menarik selera pasar lebih luas. Inovasi rasa ini diharapkan membuat abon bandeng Pitusunggu semakin dikenal.
Para ibu pembuat abon juga aktif berbagi resep dan teknik melalui kelompok arisan dan bazar desa. Kini, semakin banyak keluarga yang terlibat, menjadikan usaha ini skala kolektif, bukan hanya usaha perorangan.
Dengan semangat gotong-royong dan dukungan pemerintah, cita-cita menjadikan Desa Pitusunggu sebagai sentra abon bandeng di Sulawesi Selatan kian akan semakin nyata ke depan , Masyarakat optimis, inovasi sederhana dari tambak ini Insyaallah akan mampu mengangkat kesejahteraan desa dan membawa nama Pitusunggu melambung di peta kuliner ke depan ( Herman Djide)