Ancaman Tersembunyi di Balik Lintasan Sapi NTB, Bali Terancam Antraks dan Penyakit Mematikan

2 hours ago 5

DENPASAR – Keputusan Gubernur Bali, I Wayan Koster, untuk mengizinkan ribuan sapi dari Nusa Tenggara Barat (NTB) melintas daratan Bali menuju Jabodetabek melalui Pelabuhan Gili Mas dan Lembar, Lombok Barat, pada 23 April 2025, memicu kekhawatiran serius. Persetujuan ini diberikan setelah Gubernur NTB, Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal, langsung menghubungi Gubernur Koster yang diunggah di medsos, tanpa kajian mendalam terlebih dahulu.

Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali, I Wayan Sunada, memilih bungkam. Ini memperkuat kesan bahwa ada sesuatu yang ditutupi terkait keputusan penting ini.

Yang lebih mengejutkan, ini menjadi kali pertama dalam sejarah sapi dari NTB diizinkan menyeberang Bali. Di tengah sanjungan bahwa langkah ini "membantu peternak, " muncul pertanyaan mendesak, peternak siapa yang sebenarnya dibantu? Apakah benar demi kepentingan Bali, atau hanya memenuhi kepentingan segelintir oknum?

Sejumlah peternak Bali pun merasa resah. Bahkan, seorang peternak dari Karangasem yang enggan disebutkan namanya, berujar sinis,

"Kalau perlu sampai dikawal segala, memang sapi mau digarong?"

Kekhawatiran mereka bukan tanpa alasan. Ada potensi besar masuknya penyakit hewan berbahaya seperti:

1. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK/FMD), penyakit virus menular yang sangat serius.

2. Penyakit Ingusan (Malignant Catarrhal Fever/MCF), penyakit fatal pada sapi Bali akibat virus Ovine Herpesvirus-2.

3. Anthrax, infeksi bakteri mematikan yang menular ke manusia dan bisa bertahan lama di tanah dan lingkungan.

Sapi yang terinfeksi mungkin belum menunjukkan gejala saat melintas, tetapi air liur, urin, atau kotoran mereka bisa menjadi sumber penularan mematikan bagi lingkungan Bali.

Ketua PDHI Bali: Resiko Sangat Tinggi

Dewa Made Anom, Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Bali 2023–2027, mengingatkan keras bahwa

"Melalulintaskan hewan dari daerah tertular ke daerah bebas perlu kajian sangat mendalam karena dampaknya sangat luas."

Ia menegaskan bahwa NTB bukanlah daerah bebas PMK dan Antraks, sehingga membawa sapi dari sana ke Bali – wilayah yang saat ini masih bebas Antraks – merupakan tindakan berisiko tinggi.

"Ada kemungkinan bakteri Bacillus anthracis terbawa sapi NTB dan masuk ke Bali. Ini sangat mengkhawatirkan, " jelasnya.

Bakteri Antraks bisa bertahan di tanah, air, bahkan udara selama bertahun-tahun, membuat pencegahan jauh lebih sulit bila kontaminasi terjadi.

Dewa Made Anom juga menegaskan bahwa setiap sapi sebelum melintas ke Bali seharusnya menjalani disinfeksi ketat di Pelabuhan Lembar untuk meminimalkan risiko membawa penyakit menular ke Pulau Dewata.

Peternak Bali Terancam, Ekonomi Lokal Bisa Terguncang

Selain ancaman kesehatan, membanjirnya sapi NTB juga berpotensi menghancurkan harga pasar sapi lokal Bali yang selama ini bertahan dengan reputasi kualitasnya. Ini tentu memukul peternak-peternak kecil yang menggantungkan hidup pada industri ternak lokal.

Sejumlah pihak menilai langkah ini sebagai "konyol" karena dilakukan tanpa dasar kajian epidemiologi dan pertimbangan ekonomi yang matang.

Akhirnya, publik Bali berhak bertanya

Siapa yang sebenarnya dilindungi? Kepentingan Bali, atau kepentingan oknum tertentu? (Ray)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |