PANGKEP SULSEL - Tidak dapat dipungkiri, Jepang adalah salah satu negara dengan keterbatasan lahan yang cukup ekstrem. Namun, alih-alih mengeluh tentang keterbatasan ruang, masyarakat Jepang justru menunjukkan kreativitas luar biasa dalam memanfaatkan setiap jengkal pekarangan rumah mereka.semoga bisa jadi inspirasi,
Salah satu inspirasi terbesar dari cara warga Jepang mengelola pekarangan adalah konsep kebun mini atau urban farming. Mereka menanam berbagai sayuran dan rempah yang menunjang kebutuhan dapur, mulai dari cabai, tomat, hingga daun bawang. Bahkan, hanya dengan pot dan rak vertikal, mereka bisa menghasilkan panen kecil yang cukup untuk dikonsumsi keluarga. Ini bukan sekadar menghemat pengeluaran, tetapi juga langkah menuju ketahanan pangan keluarga.
Sayangnya, semoga hal ini jadi inspirasi sebab, banyak pekarangan yang justru dibiarkan kosong atau hanya menjadi tempat parkir kendaraan dan tumpukan barang bekas. Padahal, jika mau belajar dari Jepang, pekarangan sempit sekalipun bisa menjadi sumber pangan sehat dan ruang hijau yang mempercantik rumah.
Tak hanya untuk kebutuhan pangan, warga Jepang juga memanfaatkan pekarangan menjadi taman hias atau yang dikenal dengan konsep Zen Garden (Tsuboniwa). Dengan kombinasi batu, pasir, bonsai, dan air, mereka menciptakan taman kecil yang menenangkan. Bayangkan betapa indah dan damainya suasana rumah jika ada taman mungil seperti ini, tempat kita bisa sekadar duduk merenung atau menikmati teh sore.
Yang menarik, mereka juga sangat cerdas dalam mengakali keterbatasan ruang secara vertikal. Tanaman gantung, rak susun, hingga dinding tanaman (green wall) menjadi solusi jitu. Tidak ada alasan “lahan sempit” jika tahu cara kreatif memanfaatkan ruang ke atas. Sementara itu, di negara kita, ruang vertikal di rumah jarang sekali dilirik untuk bercocok tanam.
Selain menjadi kebun dan taman, pekarangan rumah di Jepang multifungsi. Mereka bisa menjadi ruang penyimpanan sepeda, alat berkebun, bahkan rak kayu yang estetis untuk peralatan rumah tangga. Rapi, bersih, dan fungsional. Inilah konsep penting yang sering dilupakan: memadukan keindahan dan fungsi dalam satu ruang kecil.
Menariknya, unsur air juga tidak ketinggalan. Kolam mini atau air mancur sederhana menjadi pelengkap taman yang menghadirkan suasana alami. Konsep wabi-sabi, yaitu keindahan dalam kesederhanaan, benar-benar terasa dalam desain pekarangan ala Jepang. Unsur ini sering kita lihat hanya di rumah-rumah mewah, padahal bisa diaplikasikan dalam skala kecil dan sederhana.
Selain elemen fisik, pekarangan juga menjadi ruang sosial keluarga. Area untuk duduk santai, minum teh, atau bercengkerama bersama anak-anak sering diintegrasikan dengan taman. Di Jepang, lantai kayu atau engawa yang menghadap ke taman menjadi tempat favorit keluarga. Bukankah ini hal yang sangat mungkin diterapkan di rumah-rumah kita untuk mempererat hubungan keluarga?
Sayangnya, sebagian besar masyarakat Pangkep belum menjadikan pekarangan rumah sebagai ruang produktif dan estetik. Pekarangan sering kali hanya jadi tempat jemuran atau parkir, tanpa memikirkan nilai tambah yang bisa dihasilkan. Padahal, dengan sedikit kreativitas, pekarangan bisa menjadi ruang hidup kedua yang mendukung kesejahteraan keluarga.
Apa yang dilakukan warga Jepang menunjukkan bahwa mentalitas memanfaatkan ruang kecil dengan bijak adalah kunci. Ini adalah sikap yang perlu kita bangun bersama, apalagi di era ini yang makin padat. Jika setiap rumah memanfaatkan pekarangan untuk bertanam dan membuat ruang hijau, maka dampaknya bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk lingkungan sekitar.
Lebih dari itu, pekarangan produktif bisa menjadi sarana edukasi anak-anak. Mereka bisa belajar tentang alam, bercocok tanam, dan menjaga lingkungan sejak dini. Bayangkan jika anak-anak kita lebih akrab dengan tanaman daripada gadget, bukankah itu investasi pendidikan karakter yang sangat penting?
Maka, sudah saatnya masyarakat Pangkep belajar dari Jepang. Tak perlu lahan luas, tak perlu biaya mahal, cukup dengan kemauan untuk mengelola pekarangan rumah secara kreatif dan produktif. Pekarangan adalah harta yang selama ini kita abaikan.
Jika Jepang bisa menciptakan "surga kecil" di tengah sempitnya kota, kita pun pasti bisa. Pertanyaannya, mau mulai dari kapan?
Pangkep 14 Maret 2025
Penulis: Herman Djide, Ketua DPD JNI Cabang Kabupaten Pangkep