Bukan Hanya Jaga Perbatasan, Satgas Yonif 732/Banau Jadi Guru Bahasa Indonesia bagi Anak-anak Kampung Dangbet

2 hours ago 1

Beoga, Papua Tengah - Deru langkah para prajurit TNI biasanya identik dengan barisan siaga di medan perbatasan. Namun, di Kampung Dangbet, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, wajah TNI terlihat berbeda. Mereka hadir dengan buku, papan tulis, dan semangat mengajar. Satgas Pamtas RI-PNG Yonif 732/Banau Titik Kuat Dangbet memanfaatkan waktu di sela tugas pengamanan dengan menjadi tenaga pendidik sukarela, khususnya mengajarkan Bahasa Indonesia kepada anak-anak di kampung tersebut.

Kegiatan belajar-mengajar ini dipimpin oleh Sertu Yusran Sakir bersama sejumlah personel yang dipandu oleh Letda Inf Simbolon. Di sebuah ruangan sederhana, anak-anak duduk bersemangat, menyimak setiap kata yang diajarkan. Materi pelajaran mencakup pengenalan huruf dan angka, membaca dasar, hingga menyanyikan lagu-lagu kebangsaan. Suasana penuh tawa dan antusiasme, seakan menepis sekat keterbatasan di tengah terpencilnya wilayah pegunungan Papua.

Pendidikan sebagai Jembatan Persatuan

Komandan Satgas Yonif 732/Banau, Letkol Inf Muhammad Nurul Chabibi, S.H., menegaskan bahwa program bantuan tenaga pendidik ini adalah bagian dari komitmen Satgas untuk membangun generasi penerus bangsa di daerah perbatasan.

“Kegiatan bantuan tenaga pendidik yang dipimpin oleh Letda Inf Simbolon ini merupakan implementasi dari program Satgas untuk hadir di tengah masyarakat, tidak hanya sebagai pengaman perbatasan, tetapi juga sebagai agen pembangunan dan pendidikan. Dengan menguasai Bahasa Indonesia, anak-anak ini akan memiliki lebih banyak peluang di masa depan dan ikatan mereka dengan NKRI akan semakin kuat. Ini adalah investasi jangka panjang bagi bangsa, ” ujar Dansatgas.

Menurutnya, pendidikan dasar terutama kemampuan berbahasa Indonesia adalah pintu gerbang anak-anak Papua untuk meraih mimpi dan kesempatan yang lebih luas. Melalui bahasa nasional, mereka dapat lebih mudah mengakses pendidikan lanjutan, berkomunikasi dengan masyarakat dari berbagai daerah, serta memperkuat rasa persatuan dalam bingkai NKRI.

Rasa Syukur Warga: “Anak-anak Jadi Lebih Pandai dan Percaya Diri”

Kehadiran Satgas dalam dunia pendidikan di Kampung Dangbet disambut hangat oleh warga. Salah satunya, Bapak Yulius, orang tua dari salah satu siswa, menyampaikan rasa syukurnya.

“Kami, orang tua di sini, sangat bersyukur dan berterima kasih kepada bapak-bapak TNI dari Pos Dangbet, khususnya Pak Simbolon dan anak buahnya. Mereka sabar mengajari anak-anak kami. Sebelumnya kami sangat kesulitan karena jarang ada guru yang bisa datang secara rutin. Sekarang, anak-anak jadi lebih pandai berbahasa Indonesia dan lebih percaya diri. Semoga bapak-bapak TNI selalu sehat dan bisa terus membimbing anak-anak kami, ” tuturnya dengan penuh haru.

Testimoni warga ini menjadi bukti bahwa peran Satgas bukan hanya sebatas pengamanan, melainkan juga menyentuh kebutuhan dasar masyarakat pendidikan.

Prajurit dengan Buku dan Pena

Kegiatan belajar mengajar di Kampung Dangbet menegaskan satu hal: TNI tidak hanya hadir dengan senjata di tangan, tetapi juga dengan pena, buku, dan semangat membangun generasi. Mereka membuktikan bahwa menjaga bangsa bukan hanya soal menjaga perbatasan dari ancaman, tetapi juga menanam benih ilmu, harapan, dan cinta tanah air di hati anak-anak Papua.

Dari Distrik Beoga yang terpencil, lahirlah optimisme bahwa pendidikan bisa menjadi perekat persatuan bangsa. Dan di balik semua itu, Satgas Yonif 732/Banau menjadi bagian penting yang menorehkan jejak kebaikan.

(PenSatgas Yonif 732/Banau)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |