JENEPONTO, SULSEL - Dia adalah, AIPDA Syamsuryadi Syarif, SH. Baru-baru ini, Polisi pangkat 1 balok bergelombang perak tersebut menjadi viral di media sosial seusai berhasil meredam amarah pihak keluarga korban pencabulan yang sedang memuncak dan melibatkan sekelompok massa dengan membawa senjata tajam berupa parang. Bahkan, pihak dari keluarga korban menggelar aksi dan memblokade jalan poros nasional Kabupaten Jeneponto sehingga menyebabkan kemacetan kurang lebih 1 kilo meter.
Peristiwa ini terjadi di kampung Balangloe, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel) pada Sabtu pagi, 12 April 2025 sekira pukul 08.15 WITA.
Aksi sosok pria yang tak berpakaian seragam polisi itu, sontak menoreh perhatian banyak orang di tengah-tengah besarnya arus gelombang yang sedang memanas dari pihak keluarga korban pencabulan.
Anggota Bhayangkara yang diketahui bertugas di Kepolisian Resor (Polres) Jeneponto, Polda Sulawesi Selatan (Sulsel). Rupanya, bukan orang sembarang, pria kelahiran Tamanroya 28 April 1987 ini memiliki nyali yang begitu besar dalam menyelesaikan kasus yang cukup berisiko.
Apalagi, persoalan Siri' khususnya di daerah yang berjuluk Butta Turatea ini masih kental menjunjung tinggi adat istiadat 'Siri' Na Pacce' (Harga diri) yang penyelesaiannya lebih cenderung ke hukum adat daripada hukum positif.
Sekedar diketahui bahwa persoalan kasus Siri' di Jeneponto tidak berlaku kata khilaf dan atau permintaan maaf.
Polisi yang akrab disapa Adi ini menceritakan, bahwa pagi itu, berangkat dari rumah di Tamanroya menuju ke kota Bontosunggu dengan menggunakan kendaraan sepeda motor berpakaian baju kaos biasa untuk pergi jogging.
Namun, di perjalan menuju ke tempat tujuan tiba-tiba terjadi macet panjang "Saya bilang kenapa ini macet sekali, jadi saya menyelip-nyelipi mi sampai ke titik penyebab terjadinya macet itu, " kata Adi kepada media, Senin (14/4/2025).
Pas di Tempat Kejadian Perkara (TKP) Adi melihat sekelompok massa sambil membawa parang dan satu orang diantara mereka ada yang orasi di tengah jalan dan memblokde jalan.
Ia juga melihat kain putih yang membentang bertulis "Hukum Adat Usir Sayauti Dari Kampung..!! #Sayuti Cabul".
Dengan ucapan Bismillah dan keyakinannya, polisi berpakaian baju kaos warna kuning itu langsung menghampiri H. Bahar yang sedang orasi di tengah jalan. H. Bahar merupakan orang yang berpengaruh di keluarga korban.
"Jadi ini H. Bahar, saya bujuk mi sambil saya peluk dan mencoba untuk menenangkan beliau supaya tidak melakukan tindakan anarkis. Saya juga bujuk agar membuka jalan, " bujuk gelar SI dari UIT itu.
Tak sampai disitu, Adi pun mendatangi satu-persatu massa dari pihak keluarga korban yang membawa parang panjang yang tengah tersulut emosi.
"Ia saya peluk dan saya juga bujuk massa agar tetap tenang dan tidak main hakim sendiri, " ucap jabatan PS. Kaur Identifikasi satuan Reskrim Polres Jeneponto ini.
Al alhasil dari bujukan persuasif yang dilakukan oleh Adi, massa pun tenang dan luluh membuka jalan hingga situasi berjalan lancar, aman dan kembali kondusif.
Dalam aksinya yang viral di media sosial, sudah puluhan ribu warga net yang menonton dan memberikan apresiasi. @Apresiasi kinerja yg harus kita ucapkan terimakasih yg sangat dalam buat beliau, " tulis nitizen MR.
Netizen lainnya @Kamu adalah seseorang yang memberikan kehadiran yang berarti dalam kehidupan orang lain. Kamu hadir secara fisik dan mampu meredam amarah saat orang-orang dalam emosi kehadiranmu memberikan pengaruh positif dan membuat orang merasa dihargai, " tulis netizen di kolom komentar facebook.
Di grup via WhatsApp, empati yang mendalam Kamu miliki menempatkan pada posisi tepat tanpa memirkan dampak dan konsekuensi dari tindakanmu #pak polisi pemberani, Salut dan patut diapresiasi, " tulisnya. (*)