PANGKEP SULSEL - Desa dan kelurahan memiliki potensi besar untuk berkembang jika potensi lokalnya digarap secara maksimal. Banyak aset yang selama ini terabaikan, padahal bila dikelola dengan baik, bisa menjadi sumber ekonomi dan kebanggaan masyarakat setempat. Salah satunya adalah keberadaan sungai kecil yang sering dianggap tidak bernilai.
Demikian diungkapkan Ketua Dewan Pimpinan Daerah ( DPD) Jurnalis Nasional Indonesia ( JNI ) Cabang Kabupaten Pangkep Herman Djide saat melakukan diskusi dengan para Pengurus DPD JNI Cabang Kabupaten Pangkep di warkop Puang Bos Rabu (16/4/2025)
Pimpinan Redaksi Media Indonesia Satu mengatakan bahwa Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pendataan potensi yang ada. Setiap desa memiliki kekayaan yang berbeda-beda, seperti sumber daya alam, budaya lokal, atau lokasi strategis. Data yang dikumpulkan harus mencakup aset fisik seperti lahan, sungai, hutan kecil, hingga sumber daya manusia dan kearifan lokal.
Setelah data terkumpul, desa dan kelurahan perlu melakukan pemetaan potensi. Dari pemetaan tersebut, dapat disusun skala prioritas pembangunan. Proyek-proyek yang bisa segera memberi dampak ekonomi harus menjadi prioritas utama, seperti pengembangan sungai menjadi lokasi wisata dan kuliner.
Dijelaskan Herman bahwa sungai kecil yang sebelumnya terbengkalai, misalnya, bisa disulap menjadi daya tarik wisata lokal. Dengan penataan yang tepat, tempat ini bisa menjadi lokasi memancing, tempat bersantai keluarga, hingga menjadi pusat kegiatan kuliner khas desa. Aliran air yang jernih dan suasana alami menjadi modal utama yang tidak dimiliki kota besar.
Membangun sungai menjadi objek wisata tidak harus mahal. Dengan gotong royong warga, penataan bantaran sungai, pemasangan jembatan kecil, serta penyediaan area berkumpul seperti gazebo atau saung sudah bisa menciptakan nuansa rekreatif. Hal ini bukan hanya mempercantik desa, tapi juga membuka peluang usaha.
Usaha kuliner, misalnya, bisa berkembang di sekitar lokasi wisata sungai. Warga bisa menjual makanan ringan, minuman segar, hingga makanan khas berbahan dasar produk lokal seperti olahan ubi jalar, ikan air tawar, atau hasil kebun lainnya. Ini secara langsung menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan warga.
Kebun-kebun yang ada di sekitar sungai juga bisa diintegrasikan sebagai destinasi agrowisata. Pengunjung bisa belajar menanam, memanen, hingga membeli langsung hasil kebun. Model seperti ini sudah banyak terbukti sukses di beberapa daerah yang menggabungkan wisata edukatif dan pemberdayaan pertanian lokal.
Tidak kalah penting, ruang pertemuan atau balai warga juga bisa dibangun di sekitar lokasi. Ruang ini bisa dimanfaatkan untuk diskusi warga, pelatihan UMKM, hingga tempat hajatan. Keberadaan fasilitas ini membuat lokasi menjadi pusat aktivitas warga dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap aset desa.
Menurutnya Pendapatan desa pun akan meningkat jika potensi ini dikelola dengan sistematis. Karcis masuk, sewa lapak, hingga kerja sama dengan pihak swasta bisa menjadi sumber pemasukan kas desa. Dana ini bisa kembali digunakan untuk membangun fasilitas lain, seperti jalan desa, penerangan, atau sarana pendidikan.
Namun, untuk mewujudkan semua ini, diperlukan sinergi antara pemerintah desa, warga, dan pendamping profesional. Pemerintah desa berperan sebagai penggerak dan penentu arah pembangunan, sementara warga harus diberdayakan sebagai pelaku utama ekonomi lokal.
Selain itu, desa juga bisa menggandeng perguruan tinggi atau lembaga pendamping untuk merancang program pengembangan berbasis data dan riset. Dengan begitu, pengembangan potensi desa tidak hanya mengandalkan intuisi, tapi juga landasan ilmiah dan perencanaan jangka panjang.
Jika dikerjakan dengan serius, desa dan kelurahan bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Tidak lagi tergantung dari kota, tapi mampu berdikari dengan kekuatan lokalnya sendiri. Kunci utamanya adalah keberanian untuk memulai dan konsistensi dalam membangun.
Maka, mari mulai dari hal kecil: mendata potensi, memetakan prioritas, dan menghidupkan kembali aset desa yang selama ini terlupakan. Sungai kecil yang dulunya tak dipedulikan kini bisa menjadi simbol kebangkitan desa. Inilah saatnya desa membuktikan bahwa mereka bisa maju dari akar rumput sendiri.( Niar)