PANGKEP SULSEL - Kemajuan sebuah desa atau kelurahan sangat ditentukan oleh bagaimana wilayah tersebut mengelola dan mengembangkan potensi yang dimilikinya. Potensi lokal bisa berupa sumber daya alam, budaya, kearifan lokal, hingga sumber daya manusianya. Jika desa dan kelurahan mengabaikan potensi ini, maka kemajuan yang dicita-citakan akan sulit tercapai.
Mengandalkan bantuan dari luar atau mengikuti tren nasional tanpa menyesuaikannya dengan kondisi lokal sering kali tidak efektif. Pembangunan bisa menjadi timpang, tidak berkelanjutan, bahkan tidak membawa manfaat langsung bagi masyarakat. Sebaliknya, potensi lokal yang diolah secara kreatif justru mampu menjadi kekuatan ekonomi dan identitas yang khas. Contohnya, desa wisata berbasis budaya atau pertanian lokal bisa menciptakan lapangan kerja dan menarik wisatawan.
Oleh karena itu, memanfaatkan potensi lokal bukan hanya penting, tapi merupakan kunci utama agar desa dan kelurahan bisa tumbuh secara mandiri, berkelanjutan, dan sesuai karakter wilayahnya. Tanpa itu, kemajuan hanya menjadi ilusi yang bergantung pada pihak luar dan tidak berdampak nyata bagi warga.
Setiap jengkal tanah di negeri ini memiliki kekayaan tersendiri—entah itu kekayaan alam, budaya, sejarah, kearifan lokal, maupun semangat gotong royong masyarakatnya. Namun, ironisnya, masih banyak desa dan kelurahan yang belum menyadari atau bahkan mengabaikan potensi yang mereka miliki. Mereka sibuk meniru program luar daerah atau menunggu bantuan dari pemerintah pusat, alih-alih menggali apa yang sesungguhnya telah lama ada di depan mata.
Pertanyaannya: apakah sebuah desa atau kelurahan bisa maju tanpa memanfaatkan potensi lokalnya? Jawabannya: sangat sulit, bahkan mustahil.
Kemajuan sejati adalah kemajuan yang tumbuh dari dalam. Desa yang kuat adalah desa yang mandiri. Kelurahan yang berkembang adalah kelurahan yang tahu siapa dirinya. Tanpa mengenali dan mengelola potensi lokal, pembangunan hanya bersifat tambal sulam, bergantung pada intervensi eksternal, dan tidak pernah benar-benar membumi di hati warganya.
Potensi lokal bukan hanya tentang hasil bumi atau produk kerajinan. Ia bisa berupa ketersediaan lahan, tradisi, kesenian, keunikan geografis, bahkan pola hidup masyarakat yang khas. Sayangnya, banyak kepala desa dan kepala kelurahan yang masih berpikir sempit—menganggap potensi lokal sebagai sesuatu yang kecil dan remeh. Padahal, dari yang kecil itulah benih kemandirian ditanam.
Bayangkan sebuah desa dan kelurahan yang memiliki budaya khas, namun lebih memilih menyelenggarakan kegiatan seremonial yang tak menyentuh identitas lokal. Ini adalah bentuk ketidaksadaran kolektif yang harus diubah.
Kepala desa dan kepala kelurahan bukan sekadar pemimpin administratif. Mereka adalah motor perubahan, arsitek masa depan wilayahnya. Sudah seharusnya mereka turun langsung ke masyarakat, mendengar cerita orang-orang tua tentang masa lalu, memperhatikan potensi yang belum tergarap, lalu menjadikannya pijakan untuk menyusun program-program berbasis kebutuhan dan kekuatan lokal.
Begitu pula dengan Dinas Dinas sebagai pembantu Bupati. Mereka seharusnya tidak hanya menyalurkan anggaran, tapi juga menciptakan ekosistem yang mendukung tumbuhnya inisiatif lokal: pelatihan, pendampingan, promosi, hingga jejaring pemasaran. Setiap regulasi dan kebijakan seharusnya berpihak pada desa dan kelurahan yang berani memanfaatkan potensi lokalnya secara kreatif dan berkelanjutan.
Jika desa dan kelurahan bisa berdiri di atas potensi mereka sendiri, maka ketergantungan akan berkurang. Perekonomian akan tumbuh, partisipasi masyarakat meningkat, dan yang paling penting: harga diri sebagai komunitas akan terangkat. Ini bukan sekadar pembangunan fisik, melainkan pembangunan karakter dan jati diri.
Mari kita hentikan pola pikir konsumtif dan imitasi. Mari kita gali, rawat, dan kembangkan potensi lokal dengan penuh semangat dan kebanggaan. Karena hanya dengan itulah kemajuan yang sejati dapat terwujud—kemajuan yang berakar kuat dan tumbuh tinggi tanpa melupakan asal-usulnya.
Pangkep 19 April 2025
Penulis: Herman Djide Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkep