Dejavu Bencana di Barru, Kapan 'Horor' Tahunan Ini Berakhir?

1 month ago 23

OPINI - Setiap tahun, warga Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan harus kembali berhadapan dengan "horor" tahunan bernama banjir. 

Kecemasan kolektif membayangi, bukan hanya saat hujan deras mengguyur, tetapi juga saat musim penghujan mulai datang.

Banjir bukan sekadar genangan air, melainkan representasi kerugian materiil, gangguan kesehatan, bahkan ancaman kehilangan nyawa, seperti yang pernah terjadi pada insiden banjir bandang.

Kekhawatiran yang dialami masyarakat Barru sudah mencapai tahap kecemasan permanen. Mereka berulang kali menjadi korban, menyaksikan rumah, sawah, hingga akses jalan utama seperti Jalur Trans Sulawesi lumpuh total. 

Hal ini menciptakan lingkaran setan, bencana terjadi, respons darurat (evakuasi, posko, dapur umum) dilakukan, air surut, dan masalah sekelasnya kembali muncul di musim berikutnya. 

Pertanyaan mendasar yang muncul adalah, mengapa solusi struktural dan jangka panjang tak kunjung menjadi prioritas utama?

Berbagai laporan bencana mencatat bahwa banjir di Barru seringkali berdampak pada ribuan jiwa di berbagai kecamatan. 

Fakta ini menegaskan bahwa bencana ini adalah isu multisektoral yang memerlukan penanganan komprehensif, bukan sekadar penanggulangan pascabencana.

Sorotan tajam kini tertuju pada Pemerintah Daerah (Pemda) Barru. Respon cepat saat bencana memang patut diapresiasi, namun warga membutuhkan lebih dari sekadar "dejavu darurat" setiap tahun. Yang paling krusial adalah mitigasi permanen.

Seberapa efektif upaya normalisasi atau pembangunan infrastruktur pengendali banjir selama ini? Apakah faktor sedimentasi, alih fungsi lahan, atau kerusakan lingkungan di hulu sudah ditangani serius?

Publik berhak tahu seberapa besar alokasi anggaran daerah yang difokuskan untuk pencegahan banjir dan longsor, serta hasil konkret dari program tersebut.

Perlu dilakukan peninjauan ulang tata ruang wilayah yang rawan banjir. Pembangunan di kawasan resapan atau bantaran sungai harus diawasi ketat.

Kesiapan Pemda Barru diuji bukan dari secepat apa mereka mengevakuasi korban, melainkan dari seberapa efektif mereka mencegah bencana itu kembali terjadi. 

Warga Barru layak mendapatkan solusi struktural yang permanen, yang mengakhiri tradisi pahit menghadapi bencana tahunan. 

Sudah saatnya energi dan sumber daya dialihkan dari respons darurat ke mitigasi yang berkesinambungan demi masa depan yang lebih aman bagi seluruh komunitas Barru.

Read Entire Article
Karya | Politics | | |