PANGKEP SULSEL - Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, yang akrab disebut Pangkep, memiliki kekayaan laut yang tak ternilai. Gugusan pulau yang membentang di Selat Makassar menjadi rumah bagi ribuan nelayan, petani rumput laut, pengolah hasil laut, dan pelaku wisata bahari. Potensi ini, jika dikelola secara terarah, bisa menjadi fondasi kemakmuran masyarakat.
Empat pilar utama yang menopang ekonomi wilayah kepulauan Pangkep adalah perikanan, budidaya laut, pengolahan hasil laut, dan pariwisata bahari. Keempat pilar ini saling terkait, membentuk rantai ekonomi yang kuat jika didukung dengan kebijakan tepat, infrastruktur memadai, dan keterlibatan aktif masyarakat.
Pilar pertama, perikanan, merupakan tulang punggung ekonomi pulau-pulau Pangkep. Nelayan menggantungkan hidup pada hasil tangkapan yang beragam, mulai dari ikan pelagis hingga lobster. Namun, keberlanjutan perikanan menuntut pengelolaan sumber daya laut yang bijak. Overfishing harus dicegah, dan nelayan perlu didukung dengan teknologi tangkap ramah lingkungan serta informasi zona penangkapan yang aman dan produktif.
Selain itu, perikanan modern menuntut sistem rantai dingin (cold chain) yang memadai agar hasil tangkapan tetap segar hingga sampai ke konsumen. Dermaga yang layak, gudang pendingin, dan kapal berpendingin menjadi infrastruktur vital. Tanpa itu, hasil laut akan cepat menurun kualitasnya, yang berujung pada harga jual rendah
Pilar kedua adalah budidaya laut. Wilayah kepulauan Pangkep kaya akan perairan tenang yang cocok untuk budidaya rumput laut, kerang mutiara, kepiting bakau, dan ikan kerapu. Budidaya ini memiliki keunggulan: bisa dilakukan dekat pemukiman dan melibatkan seluruh anggota keluarga. Program pelatihan dan akses modal perlu digencarkan agar masyarakat bisa beralih dari hanya menangkap ikan menjadi juga memeliharanya.
Rumput laut, misalnya, telah menjadi komoditas unggulan yang diekspor ke berbagai negara. Namun, pengelolaan pasca panen masih perlu dibenahi. Petani rumput laut harus mendapat akses pada teknologi pengeringan yang cepat dan higienis untuk meningkatkan kualitas ekspor.
Pilar ketiga adalah pengolahan hasil laut. Selama ini, banyak hasil tangkapan dan budidaya dijual mentah dengan harga rendah. Padahal, jika diolah menjadi produk bernilai tambah seperti abon ikan, kerupuk ikan, nugget ikan, atau olahan rajungan, harga jual bisa meningkat berkali lipat. Pengolahan ini juga menciptakan lapangan kerja baru, terutama bagi ibu-ibu rumah tangga.
Pemerintah daerah dan pihak swasta bisa membangun sentra pengolahan hasil laut yang dilengkapi mesin penggiling, pengering, dan pengemasan. Produk-produk ini tidak hanya bisa memenuhi pasar lokal, tetapi juga masuk ke supermarket dan diekspor. Branding produk khas Pangkep menjadi kunci agar dikenal luas.
Pilar keempat adalah pariwisata bahari. Keindahan pulau-pulau di Pangkep, seperti Camba-Cambang, Sapuli, dan Balang Lompo, punya daya tarik luar biasa bagi wisatawan. Pantai berpasir putih, laut biru jernih, dan kekayaan bawah laut menjadi modal besar untuk diving, snorkeling, dan ekowisata.
Namun, pariwisata bahari membutuhkan perencanaan matang agar tidak merusak ekosistem laut. Fasilitas dasar seperti dermaga wisata, homestay, dan transportasi antar pulau harus dibangun. Pemandu wisata lokal perlu dilatih agar mampu memberikan pelayanan profesional sekaligus menjaga kearifan lokal.
Keempat pilar ini tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Perikanan dapat memasok bahan baku segar bagi pengolahan hasil laut. Budidaya laut memberi pasokan berkelanjutan saat hasil tangkap berkurang. Pengolahan hasil laut memperluas pasar dan meningkatkan pendapatan. Pariwisata bahari, di sisi lain, bisa mempromosikan semua produk ini kepada dunia.
Kunci keberhasilan adalah sinergi antara pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, dan lembaga pendidikan. Pemerintah bisa memfasilitasi perizinan dan infrastruktur. Masyarakat menjadi pelaku utama. Pelaku usaha memberi modal dan pasar. Lembaga pendidikan memberikan inovasi teknologi dan riset.
Jika empat pilar ini ditegakkan dengan kokoh, Pangkep tidak hanya akan dikenal sebagai wilayah kepulauan yang indah, tetapi juga sebagai pusat ekonomi maritim yang mandiri, sejahtera, dan berkelanjutan. Laut bukan lagi sekadar tempat mencari nafkah, tetapi sumber kemakmuran yang menghidupi generasi demi generasi.
Pangkep 6 Agustus 2025
Herman Djide
Ketua Dewan Pimpinan Daerah ( DPD) Jurnalis Nasional Indonesia ( JNI ) Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan