FKM Unhas Gelar Kuliah Tamu Internasional Bahas Kesehatan Masyarakat di Era Perubahan Iklim

1 month ago 9

MAKASSAR — Dalam rangka memperingati Dies Natalis ke-43, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (FKM Unhas) menggelar Kuliah Tamu Internasional bertema “Public Health in a Climate-Changing World: Rethinking Risk Across Species and Scales.”

Kegiatan ini menghadirkan narasumber utama Prof. dr. E.M. (Eileen) Moyer dari Department of Anthropology, University of Amsterdam, Belanda, seorang antropolog medis dan lingkungan yang dikenal luas atas kajiannya tentang hubungan antara kesehatan, ekologi, dan keadilan sosial di tengah krisis iklim global.

Acara dibuka oleh Prof. Dr. Atjo Wahyu, S.KM., M.Kes. dan Prof. Anwar Mallongi, S.KM., M.Sc.PH., Ph.D. yang menegaskan pentingnya kolaborasi lintas disiplin untuk menjawab tantangan kesehatan masyarakat akibat perubahan iklim.

Dukungan juga datang dari Ketua Departemen Epidemiologi, Dian Sidik Arsyad, S.KM., M.KM., Ph.D., yang menyebut kegiatan ini sebagai momentum memperkuat jejaring ilmiah internasional FKM Unhas, khususnya dengan universitas-universitas di Eropa.

Dekan FKM Unhas, Prof. Sukri Palutturi, SKM., M.Kes., MSc.PH., Ph.D., menyampaikan apresiasi atas penyelenggaraan forum ini.

Menurutnya, kuliah tamu internasional mencerminkan semangat FKM Unhas untuk terus membuka ruang dialog global dan memperkaya perspektif sivitas akademika dalam memahami isu strategis kesehatan masyarakat di era perubahan iklim.

Kegiatan berdurasi 90 menit tersebut dipandu oleh Basir, SKM., M.Sc. dari Departemen Kesehatan Lingkungan.

Dalam materinya, Prof. Eileen Moyer menjelaskan dampak perubahan iklim terhadap ekosistem, pola penyakit, dan kesejahteraan manusia, serta menekankan pentingnya pendekatan lintas spesies dalam memahami keterhubungan antara manusia dan lingkungan.

Diskusi berlangsung interaktif dengan berbagai pandangan dari peserta mengenai fenomena lokal seperti peningkatan suhu ekstrem, perubahan curah hujan, serta naiknya kasus penyakit berbasis lingkungan seperti demam berdarah dan diare di wilayah pesisir dan perkotaan.

Isu sampah plastik juga mengemuka sebagai ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan.

Peserta merekomendasikan perlunya memperkuat riset dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia dan memperluas pendidikan lingkungan di berbagai jenjang pendidikan.

Di akhir sesi, peserta dan narasumber sepakat bahwa tantangan perubahan iklim harus direspons secara kolaboratif melalui riset komunitas, jejaring akademik lintas negara, serta integrasi perspektif ekologis dalam kebijakan kesehatan nasional.

Prof. Eileen Moyer menutup kuliah dengan pesan reflektif: “To rethink public health in a climate-changing world means to recognize that human wellbeing is deeply intertwined with the health of ecosystems and other species.

Kegiatan ini sekaligus mempertegas posisi FKM Unhas sebagai pusat pengembangan ilmu kesehatan masyarakat yang berpikir lintas disiplin dan berkomitmen pada keadilan ekologis serta keberlanjutan kesehatan global. (*)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |