PANGKEP SULSEL - Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan ketahanan pangan apabila desa dan kelurahan menjadi pusat gerakannya. Saat ini masih banyak lahan tidur, pekarangan rumah, hingga tanah kosong yang belum termanfaatkan. Jika semua potensi itu digerakkan secara sistematis, desa tidak hanya menjadi produsen pangan bagi dirinya sendiri, tetapi juga bisa menjadi penopang kebutuhan kota.
Gerakan Nasional Ketahanan Pangan Berbasis Desa dapat menjadi jawaban atas ketergantungan yang berlebihan pada pasokan pangan impor maupun distribusi panjang dari daerah lain. Dengan memanfaatkan lahan kecil untuk kebun sayur, beternak ayam, hingga menanam tanaman obat, masyarakat akan memiliki akses langsung terhadap pangan sehat, murah, dan berkelanjutan. Langkah sederhana ini bisa menjadi benteng pertama menghadapi krisis pangan global.
Selain aspek ekonomi, gerakan ini juga memiliki dimensi sosial dan lingkungan. Masyarakat akan kembali pada budaya gotong royong melalui kebun bersama, sementara anak-anak bisa belajar langsung tentang pentingnya menjaga kemandirian pangan. Lingkungan pun lebih hijau, udara lebih bersih, dan lahan tidur yang biasanya jadi sarang penyakit bisa berubah menjadi sumber kehidupan.
Peran pemerintah desa dan kelurahan menjadi kunci sukses gerakan ini. Pendataan lahan, penyediaan bibit, pelatihan budidaya, serta akses pasar bagi hasil panen adalah hal-hal yang bisa diwujudkan melalui kolaborasi dengan pemerintah daerah, akademisi, maupun swasta. Desa yang kuat secara pangan akan melahirkan masyarakat yang lebih mandiri dan tidak mudah terguncang oleh fluktuasi harga.
Sudah saatnya gerakan ini menjadi agenda nasional. Dengan desa sebagai basis utama, ketahanan pangan bukan hanya jargon, melainkan gerakan nyata yang berakar dari masyarakat. Jika setiap desa mampu memanfaatkan potensi lahannya secara optimal, Indonesia akan berdiri kokoh sebagai bangsa yang berdaulat pangan dan sejahtera.
Jika setiap desa dan kelurahan aktif mendata lahan tidur maupun pekarangan yang tidak termanfaatkan, hasilnya bisa jadi potensi besar untuk ketahanan pangan, ekonomi warga, dan lingkungan. Berikut gambaran manfaat dan langkahnya:
1. Pendataan Awal
Aparat desa/kelurahan bekerja sama dengan RT/RW mencatat luas lahan tidur, tanah kosong, dan pekarangan yang tidak digunakan. Data bisa dilengkapi dengan jenis tanah, akses air, dan kepemilikan agar pemanfaatannya lebih terarah.
2. Pemanfaatan untuk Pertanian
Kebun sayur mayur (kangkung, bayam, tomat, cabai, terong, sawi). Tanaman obat keluarga (TOGA) (jahe, kunyit, serai, kencur). Tanaman buah cepat panen (pisang, pepaya, markisa).
3. Pemanfaatan untuk Peternakan
Ternak ayam kampung/ayam petelur skala kecil di pekarangan. Kambing atau itik di lahan tidur tertentu. Pemanfaatan limbah hasil ternak sebagai pupuk organik untuk kebun.
4. Manfaat Ekonomi
Warga bisa mengurangi belanja dapur (sayur & protein dari pekarangan). Bisa menjadi sumber penghasilan tambahan lewat pasar lokal/online. Menjadi basis UMKM desa berbasis pangan sehat.
5. Manfaat Sosial & Lingkungan
Mengurangi lahan terlantar dan sarang nyamuk. Memperkuat gotong royong lewat kebun bersama desa. Menambah ruang hijau, memperbaiki kualitas udara, dan menjaga ekosistem.
6. Peran Pemerintah Desa/Kelurahan
Membuat program Gerakan Pekarangan Produktif. Menyediakan bibit, pupuk organik, atau pelatihan. Menghubungkan hasil panen dengan koperasi, pasar desa, atau program bantuan pangan.
Kalau konsep ini dirancang baik, bisa jadi gerakan nasional ketahanan pangan berbasis desa.
Pangkep 19 September 2025
Herman Djide
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan