PANGKEP SULSEL - Kemiskinan bukan hanya soal kurangnya uang, tetapi kurangnya akses, kesempatan, dan strategi pembangunan yang berpihak pada rakyat. Daerah tidak akan keluar dari jeratan kemiskinan jika pembangunan hanya terpusat di kota dan mengabaikan kekuatan ekonomi desa.
Kemandirian ekonomi harus dimulai dari tingkat paling dasar: menggarap lahan tidur, memperkuat UMKM, menghidupkan koperasi, dan membuka peluang pendidikan vokasi serta pelatihan keterampilan bagi masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah harus hadir sebagai fasilitator, bukan sekadar regulator—mempermudah perizinan usaha, mendorong investasi yang adil, serta membuka akses teknologi dan pasar agar masyarakat mampu bersaing.
Ketika desa menjadi pusat produksi, inovasi, dan kreativitas, maka roda ekonomi akan bergerak dari bawah dan menjadi kokoh. Program pemberdayaan bukan sekadar bantuan, tetapi penciptaan nilai tambah berbasis potensi lokal—pertanian yang modern, perikanan yang terintegrasi, olahan hasil kebun dan laut, hingga pariwisata berbasis budaya dan alam.
Dengan membangun kesadaran kolektif bahwa kemajuan bukan hadiah, melainkan hasil kerja bersama, daerah akan melangkah keluar dari kemiskinan dengan kepala tegak dan kemandirian sebagai fondasi. Pembangunan sejati adalah ketika rakyat merasa memiliki, ikut bergerak, dan merasakan manfaatnya secara nyata.
Untuk mempercepat suatu daerah keluar dari kemiskinan, diperlukan langkah terpadu yang menyentuh akar masalah ekonomi, sosial, dan infrastruktur. Berikut beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan:
✅ 1. Pemetaan Potensi Daerah
Identifikasi sektor unggulan: pertanian, perikanan, pariwisata, industri kecil, UMKM, dll. Petakan SDM, SDA, budaya lokal, dan potensi pariwisata.
✅ 2. Pemberdayaan UMKM dan Ekonomi Lokal
Pelatihan kewirausahaan dan manajemen usaha. Akses permodalan (KUR, koperasi, BUMDes, perbankan syariah). Penguatan produk lokal: packaging, pemasaran digital, dan sertifikasi halal/PIRT.
✅ 3. Optimalisasi Lahan dan SDA
Garap lahan tidur untuk pertanian produktif. Program integrasi pertanian–peternakan–perikanan. Pengembangan agroindustri desa (contoh: susu ubi jalar, pupuk organik, pakan lokal, olahan hasil laut).
✅ 4. Peningkatan Infrastruktur Dasar
Jalan desa, irigasi, jaringan internet, pasar rakyat, fasilitas sekolah dan kesehatan. Akses logistik yang baik menurunkan biaya ekonomi masyarakat.
✅ 5. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan
Pelatihan vokasi berbasis kebutuhan industri. Program pendidikan teknis untuk pemuda desa: pengolahan hasil pertanian, digital marketing, teknologi budidaya, dll.
✅ 6. Digitalisasi Ekonomi Desa
Transformasi digital untuk pemasaran produk lokal. E-commerce desa dan digital payment. Pelatihan literasi digital UMKM.
✅ 7. Kolaborasi Multipihak
Pemerintah + Swasta + Akademisi + Media + Komunitas. Dorong investasi lokal dengan regulasi ramah rakyat.
✅ 8. Program Pemberdayaan Masyarakat
Padat karya produktif. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang profesional. Pendampingan kelompok tani, nelayan, dan pengrajin.
✅ 9. Pengembangan Pariwisata Berbasis Alam & Budaya
Ecotourism desa, kebun edukasi, wisata rawa–mangrove. Paket edukasi: pertanian, peternakan, UMKM lokal. Pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku utama, bukan hanya penonton.
✅ 10. Birokrasi yang Cepat dan Transparan
Pengurusan izin usaha sederhana. Program anti pungli & anti ekonomi rente. Dana desa tepat sasaran untuk produktivitas, bukan hanya proyek fisik.
✨ Inti Utamanya:
Bangun ekonomi dari bawah, berikan kesempatan, dan dukung usaha rakyat. Kemiskinan hanya akan hilang jika masyarakat menjadi pelaku ekonomi, bukan hanya penerima bantuan.
Pangkep 31 Oktober 2025
Herman Djide
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Nasional Indonesia Cabang Kabupaten Pangkajene Kepulauan Provinsi Sulawesi













































