Jeritan Guru di Barru, Tiap Tahun Berhadapan dengan Banjir di Poros Bungi-Matajang

1 month ago 26

BARRU - Pemandangan genangan air setinggi pinggang di jalan poros Bungi-Matajang, Desa Lalabata, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, bukanlah hal baru. 

Bagi para tenaga pendidik di wilayah ini, banjir tahunan tersebut telah menjadi mimpi buruk yang berulang, mengancam kelancaran aktivitas belajar mengajar serta keselamatan mereka.

Keluhan mendalam datang dari para guru yang bertugas di lima sekolah, yaitu, SD Bacu-bacu, SD Pacore, SD Bujung Awo, SD Lempang dan SMPN Matajang.

Mereka adalah pihak yang paling merasakan dampak buruk dari terputusnya akses utama akibat luapan air, terutama di sekitar area terowongan rel kereta api.

Setiap tahun, ketika intensitas hujan meninggi, para guru harus berhadapan dengan dilema besar memaksakan diri menerobos banjir atau terpaksa tidak masuk mengajar.

"Setiap kali hujan deras, kami sudah tahu, pasti poros Bungi-Matajanga ini akan jadi 'lautan'. Aksesnya terputus total. Apalagi di bawah terowongan, " ujar salah seorang guru dari SD Lempang, pada Senin pagi (27/10/2025).

Situasi ini tidak hanya mengganggu proses pembelajaran dan target kurikulum sekolah, tetapi juga menimbulkan kerugian materiil karena risiko kendaraan mogok atau hanyut, serta yang paling utama, membahayakan keselamatan para pendidik dan siswa.

Para guru berharap Pemerintah Kabupaten Barru, khususnya dinas terkait, dapat segera mencari solusi permanen. 

Mereka menyadari bahwa area tersebut merupakan cekungan dan rentan banjir, namun pembangunan infrastruktur penunjang sangat dibutuhkan.

Peningkatan elevasi jalan di titik-titik rawan, terutama di sekitar terowongan rel kereta api dan normalisasi dan pelebaran saluran air di sepanjang poros Bungi-Matajang.

Kelima sekolah ini melayani ratusan siswa di Desa Lalabata dan sekitarnya. Terputusnya akses secara rutin berarti merenggut hak pendidikan anak-anak di sana.

"Kami mohon kepada Bapak Bupati. Tolong dengarkan jeritan kami. Kami ingin mengajar dengan tenang tanpa harus was-was setiap kali musim hujan datang, " tutup salah satu perwakilan guru, mewakili keresahan yang sudah menahun.

Read Entire Article
Karya | Politics | | |