Jusuf Hamka: Raja Jalan Tol RI dan Skema Kepemilikan Saham CMNP

2 hours ago 2

JAKARTA - Julukan "Raja Jalan Tol RI" melekat erat pada sosok Jusuf Hamka, seorang pengusaha yang kiprahnya di industri infrastruktur, khususnya jalan tol, tak terbantahkan. Pria yang akrab disapa Babah Alun ini dikenal sebagai salah satu pemain utama di sektor pembangunan jalan tol di tanah air. Namun, di balik julukan prestisius tersebut, tersimpan pertanyaan mengenai seberapa besar porsi kepemilikan keluarganya di salah satu perusahaan jalan tol swasta terbesar di Indonesia, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP).

CMNP, yang didirikan pada 13 April 1987 dan mulai diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 10 Januari 1995, telah menjadi tulang punggung pembangunan jalan tol, terutama yang melayani kawasan perkotaan. Fokus perusahaan sejak awal adalah pada jalan tol dalam kota yang vital bagi denyut nadi transportasi di Jakarta dan sekitarnya. Jaringan jalan tol yang dikelola CMNP mencakup beberapa ruas penting, seperti Tol Wiyoto Wiyono (Cawang-Tanjung Priok), Tol Depok-Antasari, hingga Tol Soreang–Pasir Koja.

Menelisik data profil perusahaan di BEI, porsi kepemilikan langsung keluarga Jusuf Hamka di CMNP tercatat sebesar 9, 35 persen. Rinciannya, saham atas nama putrinya, Fitria Yusuf, mencapai 4, 42 persen, sementara putranya, Feisal Hamka, memegang 4, 93 persen. Menariknya, nama Jusuf Hamka sendiri tidak secara langsung terdaftar sebagai pemegang saham langsung dalam dokumen resmi.

Meski demikian, Jusuf Hamka dalam berbagai kesempatan menegaskan posisinya sebagai beneficial owner di CMNP. Konsep beneficial owner merujuk pada individu yang memiliki hak kendali atas perusahaan, meskipun namanya tidak tercantum secara formal dalam dokumen kepemilikan, dengan catatan adanya persetujuan dari pemegang saham mayoritas.

Perlu dicatat pula, catatan BEI tidak menunjukkan adanya kepemilikan saham CMNP dari Siti Hardijanti Rukmana atau yang lebih dikenal sebagai Tutut Soeharto, maupun anggota keluarga Cendana lainnya. Padahal, Tutut Soeharto merupakan sosok pendiri CMNP. Perlahan tapi pasti, jejak keluarga Cendana di perusahaan ini mulai memudar seiring waktu.

Saat ini, kendali mayoritas saham CMNP justru berada di tangan entitas asing, yaitu BP2S SG/BNP Paribas Wealth Management Singapore Branch, yang menguasai 58, 95 persen saham. Keberadaan pengendali utama di Singapura, sebuah yurisdiksi yang dikenal dengan keterbatasan transparansi informasi, membuat penelusuran lebih lanjut mengenai identitas di balik pemegang saham pengendali tersebut menjadi tantangan tersendiri.

Sejarah mencatat, keterlibatan keluarga Cendana dalam pendirian CMNP tak bisa diabaikan. Namun, dominasi mereka di perusahaan ini perlahan meredup. Nama terakhir dari keluarga Soeharto yang menduduki kursi direksi di CMNP adalah Danty Indriastuty Purnamasari, putri Tutut Soeharto. Ia menjabat sebagai Direktur Utama hingga tahun 2016. Sebelumnya, Tutut Soeharto sendiri pernah mengisi posisi komisaris CMNP sebelum akhirnya mengundurkan diri pada tahun 2003.

Sebelum kepemilikan mayoritas beralih ke BP2S SG/BNP Paribas Wealth Management Singapore Branch, saham CMNP sempat berpindah tangan ke sejumlah perusahaan berbasis di Singapura lainnya. Laporan Kontan pada tahun 2013 menyebutkan, saham CMNP kala itu dipegang oleh Merah Putih Limited sebesar 25, 27 persen, dan UBS AG Singapore R/A Reckson Limited dengan 22, 29 persen. Kepemilikan lain berada di tangan Emirates Tarian Global Ventures SPC (9, 09 persen), serta porsi publik yang mencapai 43, 35 persen.

Menariknya, keberadaan Merah Putih Limited sempat dikaitkan dengan keluarga Cendana. Akan tetapi, Indrawan Sumantri, Direktur Keuangan CMNP kala itu, dalam wawancara pada 16 Desember 2013, mengaku tidak memiliki informasi mengenai siapa pemilik sebenarnya di balik perusahaan tersebut. "Wah, saya tidak tahu, kami tidak dapat informasi tentang hal itu, " ujarnya kala itu.

Pada tahun 2013 pula, posisi Direktur Utama CMNP masih dijabat oleh Danty Indriastuty Purnamasari, putri dari Tutut Soeharto. (PERS)

Read Entire Article
Karya | Politics | | |