JAKARTA - Di tengah hiruk pikuk rapat Komisi IV DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, pada Selasa (16/9/2025), Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Pung Nugroho Saksono, akhirnya angkat bicara. Ia membeberkan ihwal pembangunan tanggul beton yang kontroversial di perairan Cilincing, Jakarta Utara, yang kabarnya mengusik mata pencaharian para nelayan.
Pung menjelaskan bahwa pembangunan tanggul beton tersebut sejatinya berfungsi sebagai breakwater, sebuah struktur yang diciptakan untuk melindungi kolam labuh dari gelombang laut yang kuat. Ia menyampaikan hal ini langsung kepada anggota dewan yang terhormat.
"Kami tanyakan juga, kenapa itu sampai dipagar beton. Mereka nanti untuk breakwater, Bapak. Nah, breakwater itu nanti untuk kolam labuhnya, " ujar Pung, memberikan penjelasan teknis di hadapan Komisi IV DPR.
Lebih lanjut, Pung memaparkan bahwa PT Karya Citra Nusantara (KCN), perusahaan yang bertanggung jawab atas pembangunan tanggul beton di laut tersebut, telah beroperasi sejak tahun 2006. KCN bergerak di bidang usaha kepelabuhan dan merupakan hasil joint venture antara PT Karya Teknik Utama dan PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN).
PT KBN sendiri merupakan bagian dari holding BUMN Danareksa. PT KCN bertindak sebagai pengelola pelabuhan umum yang berada di bawah pengawasan, pengaturan, dan pemberian izin dari Kementerian Perhubungan. KCN memiliki status mitra konsesi selama 70 tahun untuk pengembangan infrastruktur dan operasional pelabuhan.
"Artinya dalam hal ini satu perizinan PKKPRL harus ada, dan kemudian untuk pelayanan publik gitu, Pak, " imbuh Pung, menekankan aspek perizinan yang telah dilalui.
Namun, di balik penjelasan KKP, suara para nelayan terdengar prihatin. Sejumlah nelayan di pesisir perairan Cilincing telah menyuarakan keluhan mereka terkait pembangunan pagar beton yang mereka nilai mengganggu aktivitas bongkar muat batu bara curah. Ironisnya, pagar beton tersebut juga disebut merusak alat penangkapan ikan milik nelayan.
Keberadaan struktur masif itu dikhawatirkan berdampak pada hasil tangkapan ikan yang semakin menipis. "Yang terdampak di bangunan beton baru ini ada 10 bagan, karena dampaknya limbah batu bara dan getaran paku bumi itu ikan pada kabur ke tengah (laut), " kata seorang nelayan, yang akrab disapa Ending (50), kepada Kompas.com di Cilincing, Jumat (22/8/2025). Ia menceritakan, sebelum pagar beton berdiri, tangkapannya bisa mencapai berton-ton setiap hari. Kini, setelah pembangunan beton laut, ia dan rekan-rekannya hanya mampu membawa pulang puluhan kilogram ikan per hari.
Pada Mei 2025, Kompas.com sempat mengamati langsung proses pembangunan pagar beton tersebut. Dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Cilincing, pagar beton masih dalam tahap konstruksi dan belum difungsikan sebagai lokasi penampungan batu bara curah. Kini, diperkirakan panjang pagar beton itu telah mencapai tiga kilometer, membentang dari daratan hingga ke tengah laut. (PERS)