BOGOR - Sebuah terobosan energi yang lahir dari semangat anak muda Indonesia, BOBIBOS, hadir menawarkan solusi revolusioner untuk mengurangi jejak karbon. Setelah melalui riset mendalam selama satu dekade, M. Ikhlas Thamrin dan timnya dengan bangga memperkenalkan BOBIBOS, sebuah bahan bakar alternatif yang diklaim mampu menekan emisi hingga mendekati nol.
Acara peluncuran yang penuh makna ini diselenggarakan di Bumi Sultan Jonggol, Kabupaten Bogor, pada hari Minggu, 2 November 2025. Momen bersejarah ini turut disaksikan oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Mulyadi, seorang tokoh masyarakat yang juga merupakan anggota DPR RI, serta H. Amir Mahpud, pemilik PT Primajasa Perdanaraya Utama. Kehadiran mereka menjadi saksi kolaborasi erat antara inovator muda, pelaku usaha nasional, dan masyarakat lokal demi mewujudkan kemandirian energi bangsa.
Founder BOBIBOS, M. Ikhlas Thamrin, mengungkapkan bahwa inovasi ini berakar dari keprihatinannya terhadap ketergantungan Indonesia pada energi impor. Ia memiliki impian besar untuk melihat Indonesia bangkit dan mandiri melalui kekuatan ilmu pengetahuan.
"Kami ingin membuktikan bahwa bangsa ini mampu berdiri di atas kaki sendiri melalui ilmu pengetahuan. Setelah lebih dari 10 tahun riset mandiri, akhirnya kami menghadirkan bahan bakar yang murah, aman, dan beremisi rendah, " ujar Ikhlas Thamrin.
Nama BOBIBOS sendiri merupakan akronim dari 'Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos!', yang semakin menegaskan identitasnya sebagai produk lokal. Bahan bakar ini berasal dari tanaman yang mudah dibudidayakan di berbagai penjuru nusantara, bahkan di lahan persawahan. Konsep ini tidak hanya berfokus pada penguatan ketahanan energi, tetapi juga secara signifikan mendukung ketahanan pangan nasional.
"BOBIBOS bukan hanya energi, tapi juga harapan. Kita ingin sawah tidak hanya menumbuhkan pangan, tetapi juga energi, " kata dia.
Hasil uji laboratorium yang cermat menunjukkan bahwa BOBIBOS memiliki Research Octane Number (RON) yang mengesankan, mendekati 98. Lebih dari itu, performanya terbukti mampu menggerakkan kendaraan menempuh jarak yang lebih jauh jika dibandingkan dengan penggunaan solar konvensional. (PERS)







































